
Labeng Mesem, pintu gerbang Pondopo Keraton Sumenep, masa lalu
Babad Madura merupakan salah satu karya sastra sejarah paling berharga dari Pulau Madura. Sebagaimana tradisi penulisan babad di Nusantara, teks ini tidak hanya menjadi catatan peristiwa masa lalu, tetapi juga berfungsi sebagai warisan budaya yang menyatukan unsur sejarah, legenda, dan identitas masyarakat Madura. Melalui kisah-kisahnya, Babad Madura mengisahkan perjalanan panjang kerajaan-kerajaan di Madura, perjuangan para raja dan bangsawan, serta nilai-nilai kepahlawanan yang hidup di tengah masyarakatnya hingga kini.
Asal-usul dan Isi Babad Madura
Secara garis besar, Babad Madura berisi kisah sejarah tentang raja-raja yang pernah memerintah di wilayah Madura, seperti Pangeran Dipati Ary dari Kerajaan Madura dan Pangeran Cakraningrat dari Bangkalan. Kisah-kisah mereka menggambarkan dinamika politik dan sosial yang terjadi pada masa itu — mulai dari peperangan, pemberontakan, hingga perjuangan mempertahankan kedaulatan kerajaan Madura dari pengaruh luar, termasuk kekuatan dari Jawa dan penjajahan Belanda.
Salah satu bagian penting dalam Babad Madura adalah kisah Pangeran Cakraningrat, tokoh yang dikenal sebagai penguasa Bangkalan yang berperan besar dalam sejarah Madura. Dalam catatan babad, disebutkan bahwa Pangeran Cakraningrat pernah terlibat dalam beberapa peristiwa besar, termasuk pemberontakan dan strategi politik yang berpengaruh terhadap jalannya sejarah di Pulau Madura dan sekitarnya.
Selain itu, tokoh Raden Segoro juga menjadi figur menarik dalam kisah ini. Ia sering dikaitkan dengan legenda Hutan Kera Nepa, sebuah kawasan yang hingga kini menjadi lokasi wisata bersejarah dan mistis di Sampang, Madura. Kisah tentang Raden Segoro menunjukkan bagaimana unsur sejarah dan mitologi berpadu dalam tradisi sastra Madura, menciptakan narasi yang kaya makna dan sarat nilai budaya.
Struktur dan Bentuk Penulisan
Sebagaimana babad pada umumnya, Babad Madura disusun dalam bentuk pupuh, yaitu bagian-bagian yang tersusun secara kronologis. Setiap pupuh menceritakan kisah tertentu yang berkaitan dengan masa pemerintahan, peperangan, hingga kehidupan masyarakat Madura di masa lampau. Gaya penulisannya khas, menggunakan bahasa sastra yang indah dan kadang disertai tembang atau puisi tradisional.
Naskah Babad Madura sendiri ditulis dalam bahasa Madura, dan pada masa awalnya menggunakan aksara Jawa (Carakan). Namun, seiring perkembangan zaman, banyak di antara naskah tersebut yang kemudian ditransliterasikan ke huruf Latin agar lebih mudah dipahami dan dipelajari oleh generasi masa kini. Beberapa salinan naskah bahkan tersimpan di museum dan koleksi pribadi para pemerhati budaya Madura.
Ragam Babad di Madura
Selain Babad Madura secara umum, terdapat pula beberapa versi atau turunan babad yang lebih spesifik, antara lain:
- Babad Sumenep, yang mengisahkan sejarah raja-raja Sumenep dari abad ke-13 hingga abad ke-19. Naskah ini menjadi sumber penting dalam menelusuri silsilah bangsawan Sumenep dan perkembangan kerajaan di ujung timur Madura.
- Babad Bangkalan, yang berfokus pada asal-usul kerajaan di Bangkalan serta kiprah para penguasa dari garis keturunan Cakraningrat.
Kedua babad ini memperkaya khazanah literasi sejarah Madura dan membantu peneliti maupun masyarakat umum memahami konteks sosial, politik, dan budaya di masa lalu.
Nilai Sejarah dan Budaya dalam Babad Madura
Lebih dari sekadar catatan masa lampau, Babad Madura berperan penting dalam pelestarian identitas budaya. Naskah ini menjadi sumber informasi tentang silsilah bangsawan Madura, sejarah kerajaan lokal, serta asal-usul geografis berbagai daerah di Madura. Misalnya, banyak nama tempat yang disebut dalam babad memiliki kaitan langsung dengan peristiwa sejarah atau tokoh tertentu, menjadikannya panduan berharga bagi penelusuran wisata sejarah di Madura.
Selain itu, Babad Madura juga mengandung nilai moral dan filosofis. Kisah perjuangan para pangeran dan bangsawan mengajarkan tentang keberanian, kesetiaan, serta semangat mempertahankan kehormatan dan tanah kelahiran. Nilai-nilai ini menjadi warisan yang terus dijaga dalam budaya masyarakat Madura hingga saat ini.
Babad Madura Sebagai Warisan Sastra dan Sumber Penelitian
Dalam konteks akademik, Babad Madura termasuk dalam kategori sastra sejarah tradisional Indonesia. Karya ini menjadi objek penting bagi penelitian filologi, sejarah, dan budaya. Para peneliti sering menggunakan naskah ini untuk memverifikasi peristiwa sejarah, menganalisis gaya bahasa Madura klasik, hingga menelusuri perkembangan politik kerajaan di masa lampau.
Dengan digitalisasi dan upaya pelestarian naskah kuno, kini masyarakat lebih mudah mengakses Babad Madura melalui koleksi perpustakaan, museum, dan platform digital. Ini menjadi langkah penting agar generasi muda dapat mengenal dan menghargai kekayaan sejarah yang dimiliki daerahnya sendiri.
Menelusuri Jejak Leluhur di Tanah Madura
Babad Madura bukan sekadar buku sejarah — ia adalah cermin perjalanan panjang sebuah peradaban. Dari kisah Pangeran Dipati Ary yang bijaksana, perjuangan Pangeran Cakraningrat di Bangkalan, hingga legenda Raden Segoro di Hutan Kera Nepa, semua menjadi bagian dari mozaik sejarah yang membentuk identitas Madura hari ini.
Melalui pemahaman terhadap Babad Madura, kita tidak hanya mempelajari masa lalu, tetapi juga menemukan kebanggaan atas warisan leluhur yang luar biasa. Di tengah arus modernisasi, naskah-naskah seperti ini layak terus dijaga, diteliti, dan dikenalkan agar semangat sejarah dan budaya Madura tetap hidup sepanjang masa.
(babadmaduraline)
