Semua tindakan yang akan diambil hendaknya berembuk dulu dengan ayah dan ibumu, saudaramu juga para sepuh, janganlah kalian merasa pandai se...

45. Pangeran Lor II Kawin dengan Dewi Susila


Semua tindakan yang akan diambil hendaknya berembuk dulu dengan ayah dan ibumu, saudaramu juga para sepuh, janganlah kalian merasa pandai sendiri. Sebab semua pekerjaan tidak mungkin dapat dilakukan sendiri oleh seseorang yang meskipun mempunyai kemampuan dan kepandaian sampai setinggi langit sekalipun. Orang yang tanpa berembuk dalam melaksanakan dan memutuskan sesuatu banyaklah ia yang menuju kepada kegagalan.

 

Siapa saja yang merasa dirinya paling pandai, senyatanya ia adalah orang bodoh. Artinya : Orang yang tak mau berembuk dan yang mengaku dirinya pandai, karena sebenarnya ia takut ketahuan ketololannya oleh orang lain. Jangan kalian suka mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan suka melupakan kebaikan orang lain pada kalian. Tingkah demikian adalah pohon dari kedurjanaan. Dengan nasihat yang diberikan Sultan diatas keduanya berkata : Semoga mendapat berkah paduka.

 

Keesokan harinya Sultan berkata kepada Patihnya : Delapan hari lagi aku akan melantik Pangeran Lor II dan Pangeran Wetan II maka itu hendaknya kamu undang semua Bupati, Menteri dan Punggawa supaya mereka mempersiapkan pesta dan keramaian. Ki Patih lalu segera membuat surat undangan. Setelah sampai saatnya pelantikan, mereka lalu bersiap di alon-alon.

 

Sultan duduk disinggasana didampingi Pangeran Wetan dan kedua puteranya. Setelah dipaseban Sultan Demak lalu berkata : Dengan ini aku memberitahukan kepada para Bupati, para Menteri dan Punggawa bahwa sekarang anak Pangeran Wetan yang bungsu bernama Raden Rajasa atas perkenanku ia kuberi gelar sebagai Pangeran Lor II menggantikan kedudukan Pangeran Lor yang tewas berperang melawan tentara Bali. Dan yang sulung bernama Kedduk kuberi gelar dia sebagai Pangeran Wetan II untuk menjadi calon pengganti Pangeran Wetan I. Sepeninggal Pangeran Wetan I maka Pangeran Wetan II-lah yang akan menggantikan kedudukannya.

 

Kedua anak Pangeran Wetan ini juga kuangkat sebagai Pangeran karena Pangeran Wetan I telah bisa mengalahkan tentara Bali dalam suatu peperangan. Ini namanya orang yang menghargai kedaulatan negaranya, disamping setia dan menyelamatkan kedudukanku. Maka kepada para Bupati, para Menteri dan Punggawa dapatnya mencontoh kesetiaan Pangeran Wetan I.  Sedangkan Pangeran Lor I juga Pangeran Batuputih, semoga anak cucunya dapat menggantikan kedudukannya kelak. Para Bupati, para Menteri dan Punggawa serentak berkata : Semoga mendapat berkah Paduka.

 

Pangeran Wetan bersama kedua puteranya tak lama kemudian pulang ke Sumenep. Sesampainya di Sumenep dirayakanlah suatu pesta keramaian lagi dengan mengundang para Menteri dan para Punggawa. Pangeran Wetan lalu berkata : Sekarang aku beritahukan bahwa anakku Raden Rajasa telah mendapat pangkat dan bergelar Pangeran Lor II menggantikan kedudukan kakanda Pangeran Lor I. Sedangkan Raden Kedduk mendapat gelar sebagai Pangeran Wetan II dan akan menjadi calon penggantiku kelak apabila aku sudah tiada.

 

Kedua anakku mendapat gelar Pangeran karena atas jasa seluruh bala tentara dan rakyat Sumenep, sehingga dengan bantuan itu aku dapat memenangkan perang melawan tentara Bali. Bantuan itu juga ditambah dengan perjuangan kakanda Pangeran Lor yang sekarang telah meninggalkan kita semua. Dengan kemenangan itu aku telah berhasil memotong kepala Raja Bali bersama saudaranya sehingga  jasaku diterima oleh Sultan Demak.

 

Oleh karena itu saya minta kepada semua rakyat Sumenep untuk menghargai kedua anakku tak beda dengan kalian menghargaiku sampai pada akhir hayatku nanti. Yang hadir : Berkat paduka, dan kami bersyukur atas tindakan kami yang berkenan dihati paduka. Kami semua mohon kepada Allah semoga keturunan paduka akan tetap menjadi Raja disini dan bisa menjadi tumpuan harapan anak cucu kami.

 

Beberapa waktu kemudian diceriterakan bahwa Pangeran Lor II (Raden Rajasa) kawin dengan puteri Pangeran Batuputih yang bernama Dewi Susila. Dari hasil perkawinannya mereka mempunyai anak laki-laki dua orang yang sulung diberi nama Raden Abdullah sedangkan yang bungsu diberi nama Masgada. Sedangkan Raden Kedduk (Pangeran Wetan II) karenanya ia hanya mengahli-kan ilmu keagamaan saja maka Pangeran ini tidak mempunyai keturunan.

 

Tak lama kemudian Pangeran Wetan I meninggal dunia dan jenazahnya dikubur disebelah barat makam Tumenggung Kanduruwan, diberi atap genteng. Tetapi sekarang atap genteng kuburan itu sudah rusak dan hanya tinggal pagar temboknya saja. Saat meninggalnya tak diketahui, karena pada nisan maupun barang disekitarnya tidak ada tulisan yang menjelaskannya.

 

Sepeninggal Pangeran Wetan I, Pangeran Wetan II (Raden Kedduk) lalu menggantikan kedudukannya. Semua harta maupun kerajaan Pangeran Wetan I tetap dipunyai dan dikuasainya. Pada saat itu negara Pamekasan berada dibawah pemerintaan negara Sumenep. Beberapa waktu kemudian Pangeran Wetan II meninggal dan dikuburkan disisi Pangeran Wetan I. Saat meninggalnya juga tidak diketahui karena tidak ada tulisan yang menerangkan baik di nisan maupun benda lain disekitarnya.

 

Sepeninggal Pangeran Wetan II bangunan keraton dan harta bendanya diwarisi oleh Pangeran Lor II (Raden Rajasa). Sedangkan pangkat dan kedudukannya dianugerahkan kepada putera sulungnya yaitu Raden Abdullah dengan gelar Pangeran Cakranegara. Pangeran Cakranegara ini kemudian kawin dengan Raden Ayu Pacar, yaitu cucu dari Pangeran Arosbaya (Bangkalan).

 

Masgada kawin dengan puteri Dewi Sara yang bernama Dewi Galu. Dari perkawinan mereka tidak dikaruniai putera sedangkan Dewi Sara ini adalah puteri Pangeran Batuputih. Dari perkawinan Pangeran Cakranegara (Raden Abdullah) kemudian dikaruniai seorang putera bernama Raden Bugan.

 

Diceriterakan bahwa pada suatu hari Pangeran Lor II (Raden Rajasa) sedang menghadap ke kerajaan Demak bersama puteranya yaitu Pangeran Cakranegara dan cucunya (Raden Bugan) yang waktu itu masih kecil. Sesampainya didesa Palakaran (Sampang) mereka dicegat oleh sekawanan perampok yaitu orang-orang suruhan dari Pangeran Sampang. Harta mereka dirampas setelah melalui perlawanan oleh tentara Sumenep yang menjadi pengiringnya. Karena tentara Sumenep jumlahnya sedikit dan tidak dilengkapi peralatan perang yang memadai maka mereka banyak yang mati dan kalah.

 

Pangeran Lor II dan Pangeran Cakranegara tak mau mundur setapakpun sehingga sebagian perampok itu banyak juga yang mati. Sedang sebagiannya lagi ada yang melapor kepada pimpinannya tentang peristiwa perampokan yang mendapat perlawanan.

Mungkin Menarik