Sekarang diceriterakan Patih Kudapanole yang mengejar Raja Blambangan masih sengit-sengitnya berperang. Siang-malam bahkan sampai berhari...

13. Patih Kudapanole Mengejar Raja Blambangan

Sekarang diceriterakan Patih Kudapanole yang mengejar Raja Blambangan masih sengit-sengitnya berperang. Siang-malam bahkan sampai berhari-hari perang itu berlangsung karena Raja Blambangan sudah membangun sebuah benteng yang kuat disana. Para prajurit yang terbunuh bertumpang-tindih tetapi masih belum ada salah satu pihakpun yang menyatakan menyerah. Raja Blambangan memang terbilang sakti dan pemberani.

Akhirnya kedua pimpinan perang itu tiba gilirannya beradu muka. Keduanya berusaha saling membunuh, saling panah, saling tombak, saling tusuk sampai akhirnya saling gelut. Setelah Kudapanole berhasil mengangkat tubuh Raja Blambangan dan akan dibanting, maka saat itu pula Raja Blambangan berteriak minta ampun. Selanjutnya ia berjanji akan menyerahkan dua orang puteri lagi sebagai bukti kekalahannya.

Ringkas ceritera Ki Patih Kudapanole dan sisa lasykarnya sekarang kembali ke Blambangan sambil memboyong dua puteri lagi dari Blambangan. Sesampainya dikota Blambangan Kudapanole dan bala tentaranya sudah tak menjumpai lagi orang-orang Majapahit.

Oleh karena itu mereka langsung pulang ke Majapahit. Sesampainya diperbatasan kota dengan gegap gempita bersoraklah pasukan Kudapanole disertai dua puteri yang ditandunya sebagai hasil kemenangan. Setelah Patih Gajahmada mendengar kedatangan Kudapanole bersama seluruh prajuritnya sedang memasuki kota ia gemetar dan berpura-pura sakit. Ia malu kapada Kudapanole karena takut terungkap tipu-dayanya.

Sesampainya diistana Kudapanole menyerahkan kedua puteri hasil taklukannya dari kerajaan Blambangan yang ayu-ayu itu. Hati Raja sangat bahagia dengan penyerahan itu. Setelah itu ditanyakannya pula bagaimana jalannya perang yang dilakukan Kudapanole. Ki Patih Kudapanole menuturkan halnya dengan terus terang dari awal hingga akhirnya.

Setelah Raja mendengar semuanya merahlah mukanya. Ia diam seribu bahasa yang terdengar hanya gemeretak giginya tanda menahan murka. Taklama kemudian dengan serta-merta Raja memerintahkan agar seluruh lasykar Gajahmada dan Kudapanole yang ikut berperang berkumpul. Semua perkakas perang yang digunakannya juga diperintahkan untuk dipegang satu persatu masing-masing oleh prajurit yang bersangkutan. Patih Gajahmada masygul hatinya.

Para prajurit yang dipimpin Gajahmada sudah bulat hati akan menuturkan apa sebenarnya yang terjadi kalau mereka ditanyai Rajanya nanti. Seluruh lasykar sekarang sudah berkumpul di alun-alun dan tak seorangpun yang tertinggal. Masing-masing lengkap dengan perkakas perangnya. Tetapi diantara orang banyak itu yang tidak nampak hanya Ki Patih Gajahmada. Setelah Raja sampai di alun-alun diperintahkan supaya lasykar membagi dua. Satu kelompok dibawah pimpinan Gajahmada diperintahkan menempati sebelah utara alun-alun, sedangkan lasykar yang dipimpin Kudapanole dibagian selatan.

Setelah itu Raja Majapahit memeriksa perkakas perang masing-masing prajuritnya. Nyata benar sekarang bahwa perkakas perang yang dipegang para prajurit Patih Gajahmada masih mulus dan ini menandakan bahwa lasykar Gajahmada tidak sungguh-sungguh berperang. Sedangkan setelah memeriksa perkakas perang prajurit Kudapanole sang Raja yakin bahwa merekalah yang habis-habisan berperang karena semua perkakas perangnya banyak yang rusak. Alat perang yang dipegang lasykar Jakatole ada yang patah pegangannya, ada yang bengkok, rengat dan sebagainya.

Setelah pemeriksaan selasai Raja Majapahit lalu bertanya kepada prajurit Gajahmada tanyanya : Wahai prajuritku kita jujur saja. Mari ceriterakan jalannya perang Blambangan secara jujur. Para prajurit Gajahmada lalu berceritera bahwa mereka oleh Gajahmada dibawa mundur perang. Setelah perang usai Ki Patih Gajahmada bersama kami memasuki keraton Blambangan dan disana kami jumpai Ki Patih Kudapanole beserta seorang puteri Raja Blambangan. Esok harinya Kudapanole berangkat lagi untuk mengejar Raja Blambangan tetapi Ki Patih Gajahmada bersama kami semua pulang ke Majapahit dengan puteri Blambangan tadi sebagai bawaan.

Setelah Raja Majapahit mendengar semua penuturan prajurit Gajahmada semakin murka hatinya. Ia lalu mengutus seseorang untuk memanggil Gajahmada katanya :  Suruh Gajahmada mengahadap aku sekarang juga. Kalau dia sakit usung saja. Taklama kemudian Gajahmada datang menghadap. Wajahnya pucat pasi sambil menundukkan kepalanya. Raja Majapahit mendampratnya habis-habisan tapi Gajahmada tak membantah sepatahpun sebab ia memang bersalah. Gajahmada sangat malu pada Ki Patih Kudapanole beserta seluruh lasykar yang hadirin disitu. Dalam perasaannya berkata, seandainya ada orang mati dapat hidup lagi mungkin aku akan memilih mati saja dulu.

Setelah pemeriksaan selesai semua lasykar pulang dan Ki Patih Gajahmada ikut pulang tanpa pamit. Sesampai dirumahnya ia tercenung sambil mengingat dampratan sang Raja tadi. Dalam hatinya berkata : Kudapanole si bangsat dan celaka itu tabiatnya suka mengadu. Sampai-sampai aku dipermalukannya. Seandainya aku tak takut pada Raja ingin aku membunuhnya.

Keeesokan harinya Patih Gajahmada dipanggil lagi oleh Raja. Dan sesampainya diistana Raja Majapahit meminta pendapat kepada Ki Patih katanya : Gajahmada, aku seorang Raja di Raja. Maka aku tak boleh berbohong akan janjiku. Karena itu beberapa hari lagi kamu aku perintahkan supaya seluruh Tumenggung menyambut pesta keramaian Kerajaan dalam perayaan perkawinan Patih Kudapanole dengan salah seorang puteriku. Perintahkan para Tumenggung untuk mengadakan keramaian semeriah mungkin pada hari bahagia itu. Sedangkan yang akan kusandingkan dengan Patih Kudapanole adalah puteriku yang sulung yaitu Ratna Dewi Maskumambang. (bersambung)



Mungkin Menarik