Patih Gajahmada : Kalau tak menjadi murka paduka hamba ada saran. Raja : “Apakah itu Patih ?”. Patih Gajahmada : Menurut hamba kurang pa...

14. Patih Kudapanole Berangkat dari Keraton Majapahit


Patih Gajahmada : Kalau tak menjadi murka paduka hamba ada saran. Raja : “Apakah itu Patih ?”. Patih Gajahmada : Menurut hamba kurang pantas jika paduka bermenantu-kan orang gunung. Karena Kudapanole adalah orang gunung yang masih belum diketahui asal-usulnya maka puteri paduka tentu akan hilang derajat. Akhirnya ia akan terbawa juga akhlaknya seperti Kudapanole atau berperangai seperti orang gunung atau tukang kayu. Meskipun orang gunung berpangkat tinggi maka sekali-kali ia akan ingat akan sifat ke-gunungannya.

Setelah Raja mendengar saran Gajahmada dia tercengang pikirnya : Ada benarnya juga Gajahmada ini. Tetapi karena aku Raja diatas Raja maka tidak boleh aku ingkar janji. Jadi kalau begitu akan kukawinkan saja Kudapanole dengan puteriku Dewi Ratnadi. Raja Majapahit bertanya lagi : Kalau begini bagaimana menurutmu Patih ? karena aku Rajanya Raja maka kalau aku ingkar janji tentu akan tercemar namaku pada Raja yang lain.

Gajahmada : Kalau jadi perkenan lebih baik lagi kalau paduka memerintahkan Kudapanole untuk berperang. Beri saja dia lasykar sedikit supaya Kudapanole segera tewas. Kalau dia sudah tewas dipeperangan maka anggapan para Raja tidak akan mengarah bahwa Raja Majapahit ingkar janji. Karena Raja sudah berketetapan hati untuk mengawinkan Dewi Ratnadi dengan Kudapanole maka ia berkata kepada Gajahmada : Saranmu itu kurasa kurang pada tempatnya. Sebab kalau aku melakukan hal itu maka namanya aku melakukan tindakan aniaya.

Orang yang menjadi Raja itu tidak boleh mempunyai sifat aniaya karena kalau begitu para bawahannya baik yang berpangkat tinggi atau berpangkat rendah akan membencinya. Begitu juga kalau menjadi majikan atau bawahan. Orang yang mengumbar janji tapi tak melaksanakan janjinya maka kepada Dewata sangatlah keliru besar. Hendaknya ini dicamkan bahwa kalau ada orang yang pernah berbuat kebohongan maka dia tidak akan dipercaya orang lagi. Gajahmada : Jadi kalau begitu memang lebih tepat kalau Kudapanole dipertemukan dengan Dewi Ratnadi saja.

Setelah keduanya sependapat maka dengan senang hati Raja memakluminya. Raja selanjutnya memerintahkan agar secepatnya mengundang para Tumenggung untuk menyelenggarakan pesta-pesta keramaian. Esok harinya lagi Raja memanggil Kudapanole untuk menghadap. Setelah itu Raja berkata padanya : Sekarang aku ingin menunaikan janji kepadamu. Kamu akan kukawinkan dengan anakku yang bernama Dewi Ratnadi dan kamu akan kuberi gelar Raden Ario Kudapanole. Sebab semua ini memang janjiku sendiri kalau kamu menang perang di Blambangan akan kuganjar salah seorang diantara puteriku.

Namun karena kedatangan Gajahmada lebih dahulu dari padamu maka dia aku beri hadiah lebih dahulu. Selesai bercakap dengan Kudapanole Raja terus memanggil puterinya Dewi Ratnadi. Taklama kemudian ia keluar dari keputrian diiring para dayang sambil dipapah. Dewi Ratnadi selanjutnya dipertemukan dan dikawinkan pada saat itu dan sesudahnya diserahkan kepada Kudapanole. Kudapanole dengan senang hati menerima anugerah Raja dan dia bangga mempersunting puteri Raja Majapahit yang masyhur itu. Dihari itu juga kedua mempelai diarak keliling kota. Tampak pula diantara para Tumenggung Patih Gajahmada ikut mengiringkan mempelai. Setelah arak-arakan kemudian pengantin didudukkan di pelaminan pendapa agung. Dan sesudah itu berlangsunglah keramaian tujuh hari tujuh malam lamanya.

Dilain pihak Dewi Maskumambang yang melihat pengantin duduk dipelaminan terasa dirobek hatinya. Ia sangat terluka karena diurungkan oleh ayahnya menjadi isteri Kudapanole. Untuk melepaskan kesedihannya ia menutup diri dan menangis sejadi-jadinya. Setelah keramaian pesta selesai Ario Kudapanole menghadap Raja dan bertutur : Seribu ampun hamba mohon sejuta titah akan hamba simpan diubun-ubun.

Kalau menjadi kerelaan paduka maka hamba mohon pamit untuk pulang ke Sumenep. Sekalian isteri hamba akan hamba boyong pula. Raja : Menurut pendapatku kamu tak usah pulang lagi ke Sumenep karena aku masih berhasrat bahwa pada suatu waktu kamu akan kuangkat menjadi Raja disini untuk menggantikanku. Kudapanole : Sejuta titah paduka hamba simpan dihati namun hamba sudah sangat rindu untuk pulang ke kampung halaman. Lagi pula kalau hamba terus menerus tinggal disini sudah tentu dibelakang hari akan terjadi perang saudara yang mengerikan dan itu akan berakibat rusaknya citra kebesaran Majapahit.

Raja Majapahit mengerti arah perkataan Kudapanole bahwa dirinya tak disenangi Patih Gajahmada karena ia mengadukan hal peperangan Blambangan. Karena itu Raja Majapahit lalu berkenan meluluskan maksud dan permintaan Kudapanole. Begitu juga Dewi Ratnadi lalu pamit sambil menyembah kepada ayah dan ibunya. Raja berkata : Aku ijinkan kamu berdua pergi semoga kalian selamat sampai ditempat tujuan. Jika kalian sudah tiba di Sumenep supaya langsung saja ke keraton dan katakan pada Raja Sumenep bahwa kalian adalah anak dan menantuku.

Patih Kudapanole berangkat dari keraton Majapahit sambil menggendong isterinya puteri Ratnadi. Keduanya pergi tanpa seorang-pun pengiring. Raja Majapahit mengiringi kepergian keduanya dengan hati haru. Setelah mereka hilang dari pandangan Raja dan permaisuri segera masuk kekeraton. Pikirnya : Mereka tak membawa pakaian apapun kecuali yang melekat ditubuhnya. Betapa mereka seorang yang tabah.

Setelah kepergian Kudapanole Patih Gajahmada mengahadap Raja dan berkata : Sungguh nyata bahwa orang Sumenep berperangai jelek. Membawa isteri kok tak berembuk dulu layaknya  pulang membawa anak seekor kucing. Sekarang perkenankan hamba untuk mencegatnya ditengah jalan. Akan hamba perangi biar cepat mampus. Hamba berjanji kalau ini berhasil akan hamba bawa pulang lagi kemari Dewi Ratnadi. Raja : Kalau itu rencanamu aku bukan tak setuju atau bukan pula menyuruhmu. Tetapi awas kalau kelakuanmu itu justeru membuat malu.

Mungkin Menarik