Agus Tole kemudian minta diri pada Adirasa seraya mengangkat kedua tangannya menyembah. Kemudian Agus Tole berangkat dan mempercepat la...

4. Agus Tole dan Agus Wedi di Atas Perahu

Agus Tole kemudian minta diri pada Adirasa seraya mengangkat kedua tangannya menyembah. Kemudian Agus Tole berangkat dan mempercepat langkahnya sambil memanggil-manggil nama adiknya. Tapi tak seorangpun yang menyahut. Kemudian Agus Tole mengangkat kedua tangannya keatas memohon kepada Tuhan supaya dipertemukan ia dengan saudaranya Agus Wedi seraya memanggil : “Dinda Wedi ini aku saudara kandungmu bernama Tole. Oh, dimanakah sekaran
g kamu berada ?”

Tak lama kemudian seorang anak laki-laki muncul dari balik pohon beringin. Sembari tersenyum Agus Wedi menyambutnya seakan-akan tahu kalau Jakatole saudara kandungnya. Wajah kedua anak itu sama-sama tampan seperti pinang dibelah dua. Keduanya kemudian berpamitan pada Kyai Pademabu dan berangkatlah mereka menuju Majapahit.

Dikisahkan bahwa kedua anak itu sudah beberapa hari berjalan tak henti-hentinya. Tak lama kemudian keduanya sampai ditepi pantai dengan hamparan pasirnya yang putih. Disana ada pasar dan keduanya berhenti sambil duduk berdua menghilangkan lelah. Semua orang dipasar memandangnya dan mereka jatuh hati melihat ketampanan kedua anak itu. Diantara orang-orang itu ada yang memberi bunga, saputangan, sarung, makanan dan lain-lainnya bahkan langsung diantarkannya pada mereka berdua. Pendek kata orang-orang dipasar itu tak sedikit yang memberikan sesuatu pada kedua anak itu bahkan yang dijualnya-pun diberikan padanya. Wanita-wanita yang ada disana ada yang bersedia jadi isterinya sedangkan yang laki-laki ingin mengambil keduanya sebagai menantu.

Ringkas ceritera kedua anak tadi lalu melihat seorang juragan perahu dan dengan cepat mereka berlarian menemuinya seraya berkata : “Bapak ini juragan perahu dari mana ? Kami akan ikut perahu bapak dan berapapun ongkosnya kami tak akan menawar”. Juragan perahu lalu berkata : “Aku ini adalah juragan perahu dari Gresik. Kalau kalian mau ikut aku takut kalian hanya akan membuat aku celaka.

Kalian seperti putera seorang raja dan itu tampak dari raut wajah kalian. Kalau aku menerimamu maka aku takut disangka menculik kalian”. Agus Tole menjawab : “Tidak, tidak pak juragan, bukan begitu. Kalau kami membohongi bapak kami rela dibunuh”. Juragan : “Sudahlah, kalian jangan nambang (ikut) perahuku sebab perahuku sekarang sedang sarat muatan.

Setelah itu juragan perahu angkat jangkar dan layarpun dikembangkan. Tapi anehnya tak sedikitpun perahu itu bergerak malah lama-kelamaan makin ketepi. Juragan dan awak perahu kebingungan sebab perahunya tak bisa jalan kemudian serempak mereka berkata : “Ah, perahu apa ini. Sudah didorong dengan bambu dan layar sudah dikembangkan tapi kok sampai ditengah kembali lagi ketepi ? Baru kali ini perahuku begini”.

Pak juragan kemudian ingat pada kedua anak tadi seraya berpikir : Mungkin kedua anak itu mempunyai kekeramatan ? Kalau begitu biar saja kuajak numpang perahuku. Kemudian perahunya ditarik ketepi dan juragan itu turun mendatangi kedua anak tadi untuk diajak naik ke perahunya.

Setelah Agus Tole dan Agus Wedi berada diatas perahu kemudian perahu itu mulai bergerak pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat jalannya seakan tiada banding. Tak seberapa lama perahu itu telah sampai dipesisir Gresik. Jakatole kemudian turun dan membayar ongkosnya akan tetapi ditolak oleh juragan seraya berkata : Tidak, kalian tidak usah membayar ongkos sebab kami telah kalian selamatkan”. Jakatole dan Banyakwedi kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Majapahit.

Tak diceriterakan  perjalanan Jakatole dan Banyak Wedi namun tersebutlah dikerajaan Gresik bahwa pada suatu malam sang Raja mendapat wangsit (kedatangan suara dalam mimpi) yang mengatakan : “Ada dua orang anak berwajah tampan supaya kamu pungut sebagai anak. Peliharalah dia dengan sungguh-sungguh”. Sang Raja terkejut setelah mendengar suara itu dan keesokan harinya ia memanggil Patihnya ke paseban dengan dihadap para punggawa lainnya.

Raja kemudian menceriterakan semua kejadian yang dialami dalam mimpinya semalam. Kemudian Patih, Punggawa serta Pengawal diperintahkan untuk mencari kedua anak tersebut. Patih dan para Punggawa segera berangkat melaksanakan tugas Raja. Setiap perempatan dan jalan-jalan raya dijaga dan setiap orang yang lewat ditanyai dari awal hingga akhir.

Ringkas ceritera kedua anak yang dicarinya tadi muncul dari arah utara. Pengawal menyuruhnya berhenti dan menanyakan katanya : “Kalian dari mana, siapa namanya dan mau kemana ? Kalian supaya menjawab dengan sebenarnya”. Kedua anak tadi menjawab angkuh : “Kami berdua dari belakang dan mau kedepan”. Punggawa keraton membentak : “Sekarang kalian dipanggil Raja kami”.

Jakatole menjawab : “Tidak, aku tidak akan ikut sebelum keperluan kami selesai”. Punggawa : “Kalau kalian tak mau dipanggil Raja kami, kalian akan kami ikat dengan tali”. Jakatole berkata : Coba ikat kalau kalian berani. Meskipun kami hanya berdua dan masih anak-anak tapi kalau masih dalam batas-batas kebenaran kami tidak takut meski kalian berkumis tebal sekalipun.

Diantara pengawal itu memang ada seorang punggawa yang wajahnya hitam legam berkumis tebal dan berjenggot lebat. Oleh teman-tamannya ia dijuluki si Macan Rangas. Kepada Jakatole ia mengancam katanya : Kalau tidak mau kamu akan kami seret. Jakatole : Silakan seret kalau anda pemberani. Meski rupamu menakutkan seperti itu sedikitpun kami tak gentar. Kami rasa kita semua sama-sama manusia. Kok anda bicara seenaknya seperti marah pada babunya?.

Mungkin Menarik