Patih Gajahmada segera memberitahu Raja perihal selesainya pintu itu. Raja-pun suka hatinya. Esok harinya Raja Majapahit berkenan ke pase...

8. Pembangunan Pintu Gerbang Majapahit Telah Selesai

Patih Gajahmada segera memberitahu Raja perihal selesainya pintu itu. Raja-pun suka hatinya. Esok harinya Raja Majapahit berkenan ke paseban duduk di kursi kebesaran dihadap para menteri dan punggawa. Sedangkan rakyat kecil yang ingin melihat pintu gerbang negaranya tak pernah sepi. Mereka ramai di alun-alun pergi dan datang. Semua Empu juga dipanggil ke paseban menghadap Raja.

Sesudah Raja melihat sendiri pintu besi yang telah selesai itu sangat bangga dan gembira hatinya. Waktu itu Jakatole juga ikut hadir pada pertemuan itu tetapi ia berada dipaling belakang sebab di depan sudah penuh dengan para menteri dan punggawa keraton. Setelah tahu kalau Jakatole duduk dibelakang marahlah Raja dan memerintahkan supaya Jakatole pindah kedepan. Mbok Inang segera berdiri dan melangkah melalui orang-orang yang hadir. Kemudian Jakatole dibawa oleh Mbok Inang sambil dipegang tangannya dan didudukkan paling depan berjajar dengan Patih Gajahmada dan para menteri lainnya.

Saat itu dipaseban tak sedikitpun suara yang terdengar. Semua yang hadir diam tak ada yang berani bersuara. Kemudian Raja bertanya kepada Jakatole : Bagaimana Tole, pintu gerbang besi telah selesai ? Jakatole menjawab seraya menyembah : Ampun Gusti segala perintah paduka yang mulya telah hamba laksanakan. Hanya hamba mohon kebijaksanaan paduka untuk dapatnya bantuan tenaga agar supaya bisa membantu memberdirikan gerbang itu supaya bagus dipandang.

Mendengar permintaan Jakatole Raja tertegun sejenak kemudian berkata kepada Patih Gajahmada : Patih, cepatlah kamu kumpulkan orang dialun-alun. Ki Patih menghatur sembah dan segera memerintahkan orang-orang untuk berkumpul dialun-alun. Tak lama kemudian orang-orang berkumpul dialun-alun untuk membantu memberdirikan gerbang itu. Jumlahnya kira-kira lima ribuan orang.

Orang-orang yang tak terbilang banyaknya itu mengerahkan tenaga dan dengan kesungguhannya untuk mengangkat pintu gerbang itu tetapi sia-sia. Pintu gerbang tadi tak bergerak seujung rambutpun. Ki Patih Gajahmada tercengang melihat kemampuan orang yang mengangkat pintu gerbang tadi. Meskipun keringat bercucuran tapi pintu gerbang itu tetap tak terangkat. Oleh karenanya Ki Patih Gajahmada segera menghadap Raja dan menuturkan kejadian yang dialami oleh orang-orang yang berusaha mengangkat pintu tadi.

Betapa murkanya sang Raja setelah mendengar laporan Patih Gajahmada. Mukanya merah padam bercampur geram seraya berkata : Oh Patih, kamu tolol. Patih tidak punya akal sebentar-sebentar melapor. Ayo pergi !! Ki Patih Gajahmada segera meninggalkan tempat itu lalu ia bersandar dipilar sambil mukanya menengadah memikirkan pintu gerbang besi tadi.

Tak lama kemudian sang Raja pergi ke tempat orang-orang yang sedang bekerja mengangkat pintu gerbang itu dan apa yang dilihatnya memang cocok dengan apa yang dituturkan Gajahmada. Raja tercengang dan merasa susah hati khawatir kalau sampai pintu itu tak dapat didirikan. Karena itu dia lalu teringat pada Jakalote dan memanggilnya.
Tak seberapa lama Jakatole-pun menghadap. Dengan halus Raja membujuk Jakatole katanya : Tole, sekalian kamu menolongku maka berdirikanlah pintu gerbang itu. Tentang bagaimana caranya aku pasrah padamu. Kalau kamu berhasil maka tentu semakin besar hadiah yang akan aku berikan padamu sebagai tanda terimakasihku.

Jakatole berhatur sembah ujarnya : Semoga mendapat berkah paduka dan sekarang hamba akan coba untuk mengakali semoga saja secara kebetulan bisa berhasil. Raja : Baiklah dan selesaikan menurut cara dan keahlianmu aku ingin segera tahu tentang bagus tidaknya bentuk pintu gerbang itu. Jakatole menyatakan kesanggupannya katanya : Paduka jangan khawatir semoga kita sekalian mendapat pertolongan Allah yang memang bersifat Qudrat Iradat.

Setelah itu Jakatole segera menghadapkan diri kearah barat sambil mengangkat kedua belah tangannya meminta kepada Yang Maha Esa sambil mengingat-ingat pesan pamannya Adirasa dahulu. Sesudah itu dipeganglah pintu besi tersebut dengan kedua telapak tangannya. Secara gaib saat itu juga datanglah Adirasa bersama para Jin yang semuanya lalu mengangkat pintu itu.

Bagi orang-orang yang melihatnya seakan-akan memang hanya Jakatole sendirian yang mengangkat pintu besar itu. Mereka semua tercengang melihat kesaktian anak muda ini. Pintu sebesar itu kelihatannya sangat ringan bagi Jakatole seperti mengangkat sebuah balon layaknya. Raja yang pada saat itu ikut menyaksikan sangat girang hatinya apalagi pintu yang selama ini diidamkannya memang sangat bagus dan indah seperti bukan buatan tangan manusia.

Semua orang disitu berpikir : Sungguh Dewata telah mengabulkan keinginan Raja. Apalagi dengan datangnya Jakatole yang pintar, sakti dan pemberani itu. Tentu ini adalah anugerah yang datang kait-berkait. Patih Gajahmada dan Empu Kelleng juga sama-sama takjub melihat kemampuan Jakatole itu. Sang Raja lalu berkata kepada Jakatole : Pertolongan yang kamu berikan padaku sangatlah aku hargai dan terimakasih. Sekarang aku akan memberimu hadiah sebagai penghargaan terhadap jerih-payahmu membantu mendirikan pintu gerbang kebanggaanku dan kebanggaan seluruh rakyat Majapahit ini. Aku akan beri kamu uang dan harta yang beratnya seberat badanmu.(bersambung)


Mungkin Menarik