Jakatole sangat riang hatinya karena akan menerima hadiah yang banyak itu. Raja segera memerintahkan beberapa pengawal untuk mengambil ha...

9. Agus Wedi Diangkat sebagai Putera Mahkota Kerajaan Gresik.

Jakatole sangat riang hatinya karena akan menerima hadiah yang banyak itu. Raja segera memerintahkan beberapa pengawal untuk mengambil harta dan uang yang dijanjikan beserta sebuah timbangan. Sekembalinya, mereka membawa uang sekarung serta emas dan perak. Jakatole sekarang ditimbang dengan uang dan harta itu. Tetapi seberat barang yang diseimbangkan dengan badan Jakatole masih saja lebih ringan sehingga barang dan uang itu ditambah lagi sampai sepuluh pikul banyaknya.

Namun tambahan itu masih juga belum mengimbangi berat badan Jakatole bahkan ditambah lagi hingga hampir enam puluh pikul. Dan itupun masih belum juga seimbang. Akhirnya Raja memerintahkan supaya penimbangan dihentikan. Saat itu semua orang yang menyaksikan merasa heran dan takjub. Mulutnya ternganga seperti penjepit tak dipencet.

Raja : Aku hanya bisa memberimu harta seberat sepuluh pikul saja semoga kamu tak keberatan. Jakatole menerimanya dengan senang hati sambil meminta kerelaan hati sang Raja atas pemberiannya itu. Harta itu selanjutnya diserahkan kepada pada Jakatole sedang selebihnya dibagi-bagikan kepada para Empu. Pembagian itu memang sudah dibagi sepantasnya. Setelah itu Raja berkenan masuk lagi ke keraton sedangkan Jakatole dan para Empu kembali ke pondoknya masing-masing.

Jakatole membawa barang-barangnya ketempat pemondokan ayahnya seperti membawa jerami kering saja. Sesampainya dipondokan ia berkata pada Empu Kelleng : Silakanlah sekarang ayah pulang ke Sumenep dan ambillah seluruh barang nanda ini untuk dibuat oleh-oleh pada ibu. Betapa gembiranya mungkin kalau ibu tahu ayah telah pulang dengan sehat dan selamat. Apalagi membawa harta dan uang sebanyak ini.

Empu Kelleng : Ayah tidak akan pulang kalau kamu tidak pulang. Sebab selain aku masih rindu padamu, aku juga masih ingin berkumpul bersamamu seperti dahulu. Aku kasihan kalau kamu masih disini. Ibarat orang merana. Ia sendiri dinegeri orang. Jakatole : Sebaiknya menurut pendapat nanda ayah pulang saja dulu mumpung banyak teman-teman para Empu dari Madura.

Nanda masih belum berhasrat untuk pulang. Karena kalau nanda pulang tak ayal paduka Raja akan memanggil nanda lagi terutama kalau beliau sedang dalam kesulitan. Kalau nanda pulang nanti kan bolak-balik namanya. Apalagi perintah Raja akhir-akhir ini tampaknya semakin berat. Sementara ayah sendiri keadaannya sudah semakin sepuh sehingga tak mungkin dapat memikulnya.

Diceriterakan sekarang bahwa Agus Wedi telah diangkat jadi putera mahkota dikerajaan Gresik. Tambah remaja anak tersebut semakin tampan juga. Mukanya berseri pandai dan terampil. Karena itu Raja Gresik semakin cinta kepadanya. Kalau dia menari sangatlah gemulai layaknya para ningrat, sehingga banyak wanita yang tergiur padanya. Sesudah meningkat dewasa diangkatlah dia sebagai menantu Raja. Agus Wedi ditunangkan dengan puteri satu-satunya yakni Raden Ajeng Sekar Kedatun.

Raut wajah puteri ini konon cantik tiada banding dan kelihatannya sangat pantas dengan ketampanan anak angkat Raja si Agus Wedi. Setelah mereka sampai saatnya menikah, dirayakanlah pesta pernikahan itu sampai empat puluh satu hari empat puluh malam lamanya. Orang-orang yang hadir dan melihat kedua mempelai terkagum-kagum akan ketampanan dan kecantikan mereka. Bagaikan persandingan dewa-dewi layaknya. Dikatakan bahwa kehidupan suami-isteri itu selalu rukun dan saling menyinta. Keseharian mereka arungi seperti keadaan pengantin baru.

Berbeda dengan orang sekarang yang kebanyakan berperangai seperti ayam. Kalau berkumpul selalu saling patuk dan tidak akan berhenti kalau tidak dilerai. Karena itu orang jaman sekarang tak lama jodohnya, tak sampai setua orang kuno yang terkadang sampai bertongkat roman (batang padi). Sebabnya gadis sekarang kurang cakap menyerap nasihat. Banyak yang justeru melanggarnya. Kalau sudah menyintai seorang pria kebanyakan lalu lupa. Dan kalau ia bersuami dan kebetulan suaminya salah maka tak ayal akan disergahnya dengan kasar, merengut, gampang marah, seakan-akan pria suaminya itu tak ada harganya lagi.

Bahkan seakan-akan sudah tak dianggapnya sebagai manusia yang punya harga diri. Kalau demikian keadaannya maka perselisihan akan selalu timbul silih berganti dan tak putus-putusnya dalam keluarga itu.Tak sedikit yang akhirnya berakhir dengan perceraian.

Demikian pula laki-laki jaman sekarang. Banyak diantara mereka kurang mengerti tentang sifat dan karakter azali kaum wanita. Mereka hanya mengandalkan ke “Aku”annya sehingga yang mengendap didasar hatinya hanya sifat angkuh. Tak sedikit yang beranggapan bahwa seorang laki-laki tak mungkin tak laku kawin. Meskipun sudah tua kalau dia mau masih bisa dapat yang muda dan cantik. Dari sebab ketololannya itu maka keangkuhannya akan berakibat pada isterinya. Kalau isterinya sedang marah maka dia akan melebihinya. Pada suasana begini akan selalu timbul perselisihan. Berawal dari hal kecil tetapi karena didasari sikap angkuh tadi maka yang kecil akan menjadi besar.

Bagi seorang laki-laki seharusnya memiliki pikiran yang lebih panjang dan lebih bijaksana. Disamping pikiran halus dan kasar juga harus dimilikinya. Kalau sang isteri marah si suami hendaknya dapat membujuknya. Kalau masih belum juga reda maka hendaknya si suami mengalah. Misalnya bawa saja bertandang ke tetangga atau jalan-jalan untuk menghirup udara segar sehingga marah si isteri cepat reda dengan sendirinya. Kalau isteri sudah selesai marahnya dan sikapnya sudah biasa lagi maka sang suami harus bisa memberi nasihat atau petunjuk kepada isterinya agar dicapai kerukunan dan kebaikan dalam berumah tangga.

Kenyataannya perempuan memang lebih mudah tersinggung dan dia memang kurang berpikir cermat. Kalau si suami bodoh malah maunya akan diperbodoh. Ini  karena memang sifat perempuan yang ingin selalu lebih diatas dari pada laki-laki. Kalau perempuan bersuami orang yang sabar disangkanya suaminya takut sehingga dia berupaya untuk menekannya. Kalau dia bersuamikan pria yang keras disangka dia dibencinya. Dari keinginan dan wasangka itulah akhirnya tumbuh suasana ketidak akuran sehingga timbullah tindakan saling bentak. Karenanya sebagai laki-laki harus pandai-pandai mendidik isteri.

Mungkin Menarik