Akal kasarnya perlu digunakan kalau si isteri membandel terhadap nasihat baiknya. Dalam pada itu bolehlah dia memarahinya seakan bersungg...

10. Raja Gresik Meletakkan Jabatan

Akal kasarnya perlu digunakan kalau si isteri membandel terhadap nasihat baiknya. Dalam pada itu bolehlah dia memarahinya seakan bersungguh-sungguh. Tetapi hendaknya jangan diulang-ulang sekali saja cukup. Sebab kalau pria cerewet si isteri tentu tidak akan menghormatinya sehingga kewibawaannya sebagai kepala rumah tangga akan luntur. Begitu juga untuk wanita jangan cerewet karena selain suami akan cepat bosan tetangga disekitarnya juga tidak akan menyukainya.

Diceriterakan sekarang bahwa Raja Gresik sudah berkenan meletakkan jabatan. Dia sekarang lebih tekun nyepi sehingga kemudian kekuasaan kerajaan diserahkan kepada menantunya Agus Wedi karena ia memang tak punya anak laki-laki. Maka bertahtalah Agus Wedi sebagai Raja Gresik. Dalam pemerintahannya konon ia sangat bijak sehingga keamanan dan ketenteraman rakyatnya sungguh terjamin. Rakyat kecil merasa suka hati karena sandang dan pangan di negeri Gresik tercukupi. Agus Wedi juga tak putus berkirim harta dan uang kepada Kyai Pademabu sebagai tali asih antara anak dan orangtua.

Diceriterakan sekarang di negara Majapahit Sang Raja sedang mengadakan pesta gembira di alun-alun. Sang Permaisuri-pun hadir diiring beberapa selir dan duduk dipanggung. Pesta itu dihadiri juga oleh Pembesar Kerajaan dan Menteri Kerajaan serta Kepala Desa juga diundang lengkap dengan algojo-nya. Para pandai besi pada waktu itu masih betah disana sebab mereka ingin menyaksikan atraksi gulat. Algojo-algojo yang ikut segera naik ke arena yang telah disediakan sambil menari-nari megikuti irama gamelan. Semakin lama acara tersebut semakin ramai sehingga tempat pertarungan hampir penuh oleh orang-orang yang menantang mencari musuh.

Algojo dari Kudus mendapatkan musuh yang bernama Burunjingkan. Saat itu diluar gelanggang orang-orang sedang bertaruh namun saying algojo-algojo tadi tak ada yang kalah maupun yang menang sebab keduanya sama-sama kuatnya. Giliran berikutnya pertarungan antara algojo Raja Majapahit melawan algojo Patih Gajahmada. Pada waktu itu keduanya saling mengadakan perlawanan banting-membanting saling dorong kemudian algojo Raja Majapahit dapat dikalahkan oleh algojo Patih Gajahmada.

Melihat algojo Raja Majapahit dikalahkan oleh algojo Patih Gajahmada timbul niat Jakatole  untuk naik panggung. Maka dari itu dia segera pulang ke pondokannya untuk ganti pakaian dan melumuri badannya dengan cat hitam sehingga wajahnya tidak tampak kalau dirinya. Jakatole kemudian segera naik panggung sambil menantang para musuhnya terutama mereka yang baru saja mengalahkan algojo Raja Majapahit.

Dilain pihak orang-orang yang menyaksikan tidak menyangka kalau anak yang badannya dilumuri warna hitam itu adalah Jakatole. Kemudian datang seorang algojo Patih Gajahmada bertubuh tinggi besar dan kulitnya hitam pekat menyeramkan. Orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu tak sampai hati melihatnya lantaran musuh yang tidak sebanding itu.

Sementara Patih Gajahmada menawarkan taruhannya pada Raja Majapahit katanya : “Siapa yang akan mempertaruhkan anak ini?”. Raja Majapahit menjawab : Aku. Patih Gajahmada : “Berapa taruhan Paduka?”. Raja : “Seluruh kerajaan termasuk isinya itu taruhanku”.

Patih Gajahmada :”Ampun tuanku. Tidak usah sampai kerajaan dan isinya tapi seratus riyal saja”. Maka dari itu Raja lalu menyetujui tawaran Patihnya. Raja Majapahit sudah tahu dan mengenal kalau unggulannya itu tak lain adalah Jakatole. Dilain pihak orang yang taruhan banyak yang mempertaruhkan algojo Patih Gajahmada. Sebab menurut pendapat mereka meski setali bertaruh lawan segobang pasti menang setali.

Sebentar kemudian acara dimulai diiringi alunan gamelan dengan irama penuh. Keduanya saling dorong dan akhirnya Jakatole dapat dikuasai. Dengan memegang belikat Jakatole yang maksudnya hendak dibanting Jakatole tetapi Algojo Patih Gajahmada ini tak berhasil meskipun keringatnya bercucuran. Jakatole bahkan tak bisa terangkat. Sebaliknya Jakatole mencari kesempatan untuk bisa meraih belikat musuhnya. Kemudian itu didapatnya. Diangkatnya kemudian pelan-pelan setelah itu putarnya seperti baling-baling.

Akhirnya orang itu dibantingnya ke lantai hingga dia tak berkutik lagi. Yang menyaksikan pertandingan itu bersorak-sorai dan kemenangan dipihak Jakatole. Meskipun kemudian Jakatole masih mau menantang musuh-musuhnya tetapi tak seorangpun yang berani maju ke kelanggang. Dengan kemenangan Jakatole itulah Patih Gajahmada baru sadar bahwa lawannya adalah Jakatole.

Raja Majapahit menawari tantangan lagi namun Patih Gajahmada tidak berani sebab menurut pikirannya : Jangankan hanya orang seperti algojonya itu wong pintu gerbang yang sebesar-besarnya bisa diangkat dengan mudah. Setelah pesta selesai maka Raja Majapahit memanggil Empu Kelleng dan Jakatole untuk menerima hadiah harta seberat sepuluh pikul.

Keesokan harinya Empu Kelleng dan kawan-kawannya pulang ke negeri masing-masing dengan membawa hadiah pemberian Raja Majapahit. Empu Kelleng membawa harta yang tak terhitung banyaknya dengan naik perahu menuju pelabuhan Cangkareman (Bluto). Isteri Empu Kelleng amat gembira atas kedatangan suaminya itu. Apalagi ia berada dalam keadaan sehat dan segar-bugar. Siang malam tak henti-hentinya Empu Kelleng kedatangan tamu-tamu dan tak bosan-bosannya pula dia menceriterakan tingkah laku anaknya di Majapahit.

*****

Mungkin Menarik