Sampai esok harinya barang itu lalu diserahkan kepada dua orang abdi yang kembar sambil berkata : Barang-barang ini sampaikan kepada Raj...

25. Pangeran Menyambut Kedatangan Cucu


Sampai esok harinya barang itu lalu diserahkan kepada dua orang abdi yang kembar sambil berkata : Barang-barang ini sampaikan kepada Raja Sumenep dipondokannya. Harus kamu perhatikan bahwa barang ini jangan sampai diberikan kepada siapapun kecuali kepada Pangeran Sumenep sendiri. Sampaikan selanjutnya salam dariku untuknya. Sesudah itu kamu jangan dulu pulang tapi tunggu sebentar. Kalau ada suatu pesan darinya ingat-ingatlah jangan sampai lupa. Kedua utusan kembar itu selanjutnya berangkat menunaikan tugasnya dan sesampainya dipondokan Pangeran Sumenep matahari baru terbit dari ufuk timur.

Saat itu Pangeran Sumenep baru bangun tidur dan memakai busana merah-jambu, memakai destar hijau motif kembang berwarna merah, berkain panjang (jarik,jaw.) putih-tulang, bergaris motif iris pandan. Wajahnya yang tampan semakin tampak bersinar seperti Dewa Wisnu turun dari kayangan. Utusan lalu menyerahkan bingkisan yang dibawanya sambil berkata : Hamba berdua diutus Ratu untuk menyampaikan bingkisan ini pada paduka. Hamba diperingatkan pula oleh Ratu supaya barang bingkisan ini tidak diterimakan kepada siapapun kecuali kepada paduka sendiri. Ada salam dari Ratu kepada paduka dan selanjutnya hamba dilarang meninggalkan paduka sebelum paduka meninggalkan pesan kepada paduka Ratu. 

Setelah Pangeran Sumenep menerima bingkisan lalu tertegun hatinya. Ia bingung dan tak mampu bicara apa-apa. Tak lama kemudian dibukanya sendiri bingkisan itu dan kemudian dia ingat  bahwa busana Ratu yang dikirimkannya itu adalah baju yang dipakainya sewaktu dia menerima dirinya dipendapa beberapa waktu yang lalu. Selain itu dibukanya juga cupu yang terbuat dari emas bertatahkan berlian itu. Didalamnya selain ada cincin yang indah terdapat pula sepucuk surat yang bunyinya demikian : Aku mengirimkan tali-asih buatmu untuk dipakai sebagai tanda mata dan kenang-kenangan. 

Tahukah kamu bahwa pakaian itu adalah pakaian yang aku pakai disaat pertemuan denganmu tempo hari. Selain itu sebagai harapan semoga engkau mengerti dan dapat melayaniku pada suatu saat jika aku menginginkan kedatanganmu untuk bersenang-senang sebagai pelipur lara hatiku. Penyakit yang mungkin mengendap dihati ini memang takkan sembuh meskipun diobati beribu-ribu dukun yang ahli sekalipun kecuali engkau obatnya. 

Oleh karena itu aku mengharap supaya engkau sudi menemuiku di keputerian nanti malam. Dalam hal kedatanganmu nanti upayakan jangan sampai diketahui orang lain apalagi bersamanya, karena maksudku mengundangmu hanya sekedar mendengar nasihatmu tentang bagaimana cara orang bersuami-isteri. Karena aku masih asing dalam hal itu dan jika harus mengundang orang lain untuk mengetahui perihal ini aku merasa malu sendiri. Maka dari itu sudilah nanti malam engkau datang memenuhi undanganku ini. 

Setelah Pangeran Sumenep selesai membaca surat Ratu Japan ia semakin cemas dan gelisah. Surat itu selanjutnya diletakkan diharibaannya lalu pikirnya : Mungkin sudah merupakan takdirku untuk meninggalkan dunia yang fana ini sebentar lagi. Tuhanku, mungkin ini merupakan  suratan dari-Mu sehingga sedikit sekali waktu buatku untuk menikmati hari-hari bersama isteri dan anak-anakku. Siapakah yang akan memberi nafkah nanti Gusti kalau aku sudah tiada. Anak-anakku yang masih kecil-kecil. Aku mohon pada-Mu semoga aku diselamatkan dari bencana ini. Pangeran Sumenep dalam bermenung dan berdoa itu tak merasa air matanya jatuh satu-persatu dipipinya. 

Kedua utusan : Paduka, adakah sesuatu yang nantinya hamba sampaikan kepada paduka Ratu ? Pangeran Sumenep : Katakan pada Ratu bahwa aku bersedia datang nanti malam untuk menemuinya. Tetapi permintaanku bawalah kembali barang-barang ini dan katakan kepada Ratu bahwa nanti malam aku sendiri yang akan menerimanya disana. Setelah itu kedua utusan Ratu Japan pulang. Sepulang kedua utusan itu Pangeran Sumenep lalu memanggil Patihnya Tumenggung Tankondur. Setelah datang diberikannya surat Ratu Japan padanya. Setelah Tankondur membaca ia diam seribu bahasa sambil menunduk sedih karena iapun tahu apa sesudah itu yang akan terjadi. 

Pangeran : Kalau aku memenuhi panggilannya maka aku tentu selamat tetapi lain halnya kalau aku melayaninya maka tentu akan dibunuh. Tapi kalau aku tak menemuinya nanti malam tentu akan dibenci seumur hidupku. Oleh karena itu maka lebih baik sekarang aku akan mengamuk kedalam keraton supaya cobaan ini lekas selesai. Tankondur : Menurut pendapatku itu kurang baik karena akan menimbulkan perang besar dan tak ayal kita juga akan tewas. 

Selain itu dengan tindakan yang kita rencanakan ini akan menimbulkan kesan kurang enak dibelakang hari terutama bagi keturunan kita nanti. Mereka tentu akan dicela orang. Lebih baik kalau ini sudah menjadi siasat kita mari kita pulang pada hari ini juga. Meski nanti kita dikejar oleh bala tentara Japan atas perintah Ratu kita perangi dan lawan mereka. Saya rasa kalau itu benar-benar terjadi saya merasa suka karena jika kita tewas dalam pertempuran itu maka jenazah kita tentu dikirim ke Sumenep. Dan disana jenazah kita masih sempat disentuh oleh anak dan isteri kita. 

Selanjutnya dalam perembukan itu Pangeran Sumenep merasa setuju asalkan kepergiannya dari Japan secara diam-diam supaya tidak diketahui oleh bala tentara Japan. Tumenggung Tankondur selanjutnya memberi tahu pengikutnya dan memerintahkan supaya kalau ingin lolos mereka harus membenahi barang-barang bawaan secepatnya. 

Setelah matahari mulai tenggelam diufuk barat dan bulan mulai menampakkan wajahnya disekitar hampir tengah malam bala pengikut Pangeran Sumenep berangkat dari Japan pulang ke Sumenep. Lolosnya mereka kembali ke Sumenep berhasil dengan selamat. Sekarang diceriterakan bahwa si utusan kembar tadi tiba kembali dikeraton sambil membawa kembali bingkisan Ratu Japan. Sesampainya dihadapan Ratu utusan menuturkan semua yang dilihat dan didengarnya. 

Selanjutnya mereka menuturkan katanya : Semuanya sudah hamba lakukan sesuai petunjuk Ratu. Namun setelah surat paduka Ratu dibaca lalu dia mengembalikan bingkisan ini pada kami dan disuruh serahkan kembali kepada paduka Ratu. Pesannya ia akan bersedia memenuhi undangan paduka nanti malam di keputerian sesuai dengan permintaan paduka. Bingkisan ini nantinya akan diambil sendiri di keputerian melalui tangan paduka sendiri. Namun surat paduka tidak diberikan lagi pada hamba dan selanjutnya hamba berdua pulang. 

Setelah Ratu Japan mendengar kabar demikian dari utusan kembarnya itu maka sangat bahagia hatinya. Pada sore harinya ia sudah mulai bersiap untuk menyambut kedatangan sang kekasih yang dicintainya yang masih cucunya itu. Ia mandi ditaman dan selanjutnya dipakainya busana yang bagus dan wewangian. Beberapa perhiasan yang dulunya tak pernah dipakai demi malam itu ia suka memakainya lagi sampai-sampai kalau dirinya terkena sinar maka permata yang tertata dipakaiannya akan memantulkan geriap seperti bintang dimalam gelap. 

Mungkin Menarik