Malam telah tiba. Bayangannya menerpa tembok-tembok istana kerajaan Japan. Semakin larut malam semakin rindu pula hati sang Ratu sehing...

26. Tumenggung Kanduruwan Siap Menunaikan Tugas


Malam telah tiba. Bayangannya menerpa tembok-tembok istana kerajaan Japan. Semakin larut malam semakin rindu pula hati sang Ratu sehingga saking bahagianya dia sempat melantunkan tembang sepotong-sepotong. Tengah malam telah tiba tapi sang Pangeran belum juga menampakkan mukanya. Ditunggu dan ditunggunya dengan setia oleh Ratu japan di keputerian sampai bintang di timur meninggi juga. Pada saat bintang timur mulai redup diterpa sinar matahari pagi yang masih lelah, ia tersadar bahwa yang ditunggunya tak mungkin datang. Pikirnya : Apakah benar orang setampan dia akan berbuat bohong padaku ? Kalau memang benar, betapa tak serasi wajah dan hatinya. 

Tapi menurutku dia tak mungkin berbohong padaku. Kalau nanti benar-benar datang maka akan kusambut ia dengan mesra dan akan kukesampingkan kekecewaanku yang telah menunggunya begitu lama. Aku menyadari mungkin dia masih ada aral untuk menemuiku. Pada malam itu Pangeran Sumenep yang ditunggunya benar-benar tidak datang. Hingga pagi hari sang Ratu menunggu dan akhirnya dengan penuh kecewa dia keluar dari keputerian menuju istananya. Kemudian ia duduk dikursi kebesarannya sambil menunjukkan wajah luka sambil dihadap para embannya. 

Ratu berkata pada sikembar : Hai kembar, sekarang aku memerintahkan kalian untuk mendatangi pondokan Pangeran Sumenep lagi. Kalau kalian berjumpa katakan mengapa ia bohong untuk menemuiku tadi malam. Si kembar lalu menunaikan tugas dan menemui Pangeran Sumenep. Sesampainya disana mereka terkejut karena tak seorangpun dijumpainya disitu. Si kembar selanjutnya pulang ke keraton dengan tergesa-gesa dan disampaikannya tentang apa yang dilihatnya ditempat pemondokan Pangeran Sumenep. Si Kembar : Gusti Ratu hamba ingin melapor tentang keadaan pemondokan Pangeran Sumenep sekarang sudah kosong. Tak seorangpun hamba jumpai ada disana. Barangkali mereka sudah meloloskan diri ke Sumenep. 

Ratu Japan : Benarkah laporanmu itu Kembar ? Si Kembar : Hamba tidak bohong paduka kalau paduka tidak percaya silakan paduka suruh orang lain untuk melihatnya. Ratu Japan sangat marah mendengar kejadian itu lalu dipanggilnya Patihnya yaitu Tumenggung Kanduruwan. Ratu Japan : Hai Patih apakah kamu tak melihat dan tak mendengar bahwa Pangeran Sumenep sekarang sudah pulang tanpa pamit ? Ini apa sebabnya. Apakah cara ini dia lakukan dengan ijinmu ? Kalau itu terjadi betapa kamu sudah tidak peduli padaku. 

Kanduruwan : Seribu maaf hamba haturkan kehadapan paduka sungguh sebenarnya hamba belum tahu kabar itu. Dan lagi tak pernah tersirat dalam hati hamba untuk berhianat pada paduka. Jika hamba memang mempunyai maksud demikian sehingga menyebabkan Pangeran Sumenep meloloskan diri semoga hamba ini mendapat bala dari paduka Ratu. 

Ratu Japan : Sudahlah kamu jangan banyak bicara. Sekarang juga aku perintahkan supaya engkau menyusulnya. Bujuklah Pangeran Sumenep dan kalau sudah didapat ikat tangannya dan bawa kemari. Kalau dia melawan atau ada orang lain yang menghalangi penangkapan ini maka kuijinkan kamu untuk menghancur-leburkan para penghalang itu tanpa sisa. Kecuali Pangeran Sumenep harus engkau bawa dalam keadaan hidup kehadapanku karena aku ingin mengetahui mengapa dia pulang tanpa pamit. 

Tumenggung Kanduruwan selanjutnya mohon pamit kepada Ratu untuk menunaikan tugasnya dan sesampainya diluar keraton ia masih sempat berpikir : Apa sebab Pangeran itu lolos dari Japan. Aku rasa ada suatu sebab yang sangat menyakiti pribadinya dan mungkin itu asalnya-pun dari Ratu juga. Tapi sekarang aku yang terkena getahnya. Sampai dirumahnya Kanduruwan berceritera semua hal yang menyangkut marah-nya Ratu kepada isterinya katanya : Aku sekarang diperintah Ratu untuk menyusul Pangeran Sumenep. Tak lama kemudian Tumenggung Kanduruwan memanggil puteranya dan menyuruh untuk mengumpulkan bala tentara yang akan dibawanya menyusul Pangeran Sumenep. Ia juga minta supaya kuda tunggangannya segera dipersiapkan untuk menyusul keponakannya itu. 

Setelah itu Tumenggung Kanduruwan segera berpakaian. Ia memakai celana bludru hitam bajunya hitam berkancing emas dan langsung naik keatas kuda diiringi pengikutnya. Tumenggung Kanduruwan berada ditengah-tengah para tentara yang dilengkapi perkakas perang menunggang kuda sambil dipayungi. Singkat ceritera sampailah sekarang bala tentara Japan di pulau Madura. Kanduruwan sempat bertanya kepada salah seorang yang ditemuinya diperjalanan katanya : Apakah anda pernah melihat ada serombongan orang lewat disini ? Yang ditanyai menjawab bahwa dirinya pernah menjumpainya katanya : Ya memang ada. 

Kelihatannya seperti rombongan seorang Pangeran yang berjalan tergesa-gesa. Tapi Rasa hamba mereka sudah agak jauh karena sudah agak lama mereka melintas daerah ini. Mereka kelihatannya mengambil jalan pintas utnuk segera sampai ditempat yang ditujunya. Mendengar ceritera orang tersebut Tumenggung Kanduruwan dan rombongannya lebih mempercepat lari kudanya. Dicemetinya kudanya supaya ia dapat lari lebih kencang. Sesampainya mereka di desa Pacangan yang letaknya disebelah timur kota Pamekasan rombongan dari negara Japan ini berhenti untuk beristirahat melepas lelah. 

Tak lama kemudian lalu datang beberapa rombongan secara berurutan :

1. Adipati Arosbaja (sekarang Arosbaja menjadi Kawedanan di Kabupaten Bangkalan yang letaknya di sebelah utara Kota Bangkalan jauhnya kira-kira enam kilometer. Diselatan Arosbaja kira-kira lima kilometer ada komplek pekuburan bernama Airmata yaitu kuburan (asta) Panembahan Arosbaja dan Raja-Raja sebelumnya. Tetapi setelah Sultan Cakraningrat VIII dan seterusnya dikubur disebelah barat Mesjid Jamik Bangkalan).

2. Pangeran Malaja (sekarang Malaja menjadi desa yang letaknya disebelah baratdaya Kota Bangkalan dan disana banyak kuburan para Raja Bangkalan. Desa Malaja berbatasan dengan desa Mertajasa sekarang sama-sama menjadi perdikan karena untuk merawat kuburan para Raja itu disamping kuburan disebelah barat Mesjid Jamik Bangkalan tadi).

3. Adipati Baliga (sekarang menjadi Kawedanan di Kabupaten Bangkalan).

4. Adipati Jambaringin (sekarang Jambaringin di Kecamatan Paroppo termasuk Kabupaten Pamekasan disebelah barat kota. Jauhnya kira-kira enam kilometer).

5. Adipati Lambang-Ellor (sekarang Lambang-Ellor ada di Kawedanan Gantennan Kabupaten Pamekasan disebelah baratlaut Kota kira-kira jaraknya tujuh kilometer). Dan banyak lagi yang menyusul bahkan konon kira-kira duapuluhan Bupati dengan bala tentara kira-kira tiga puluh ribu orang.


Mungkin Menarik