30. Sunan Paddusan di Batuputih Sedang Sakit Keras
Patih Sumenep itu menunggang kuda berbulu kelabu nama kudanya Retnataluki berpayung putih mulus ujung payungnya diikat tali berwarna perak dan corak payungnya bermotif pucuk rebung. Dalam perjalanan Pangeran Sumenep selalu bertanya tentang nama-nama desa yang dilewatinya dengan maksud untuk dibuat medan pertempuran dan kuburan bagi jazadnya kelak kalau ia gugur dalam pertempuran. Tapi bagi dirinya tampaknya tak ada tempat yang dirasa pantas.
Sekarang diceriterakan tentang Sunan Paddusan yang berkedudukan dipegunungan Batuputih sedang sakit keras. Saat itu dipanggillah cucunya yaitu putera Pangeran Siding Langgar katanya : Panggillah semua bala menteri pada hari ini dan jangan ada yang ketinggalan. Pada hari ini aku akan mengangkatmu karena kamu sekarang sudah dewasa. Jika aku sudah tiada hendaknya kamu hati-hati. Ttetaplah selalu dalam keutamaan jangan sampai engkau takabur. Artinya ; jangan mengaku dirimu paling baik dari orang lain, jangan suka disanjung, jangan angkuh, jangan aniaya, jangan percaya fitnah, jangan pula engkau mendahului perintah.
Bertingkahlah hati-hati, jangan berpikiran kasar, jangan menyangkal nasihat orang tua. Semua pekerjaan pikirlah dahulu masak-masak apa akibatnya sebab semua pekerjaan yang terburu-buru pada akhirnya hasilnya kurang baik. Karena itu janganlah mengikuti nafsu setan. Kalau kamu sudah melakukan sesuatu yang tak baik maka setan akan bersorak gembira. Karena sekarang kamu masih muda wajib bagimu berkumpul dan belajar dengan orang tua yang berilmu supaya kamu lebih dapat menyempurnakan pengetahuanmu.
Dimana-mana barang ada nilainya sedangkan manusia diukur dari ilmunya. Kalau manusia tak berilmu maka setitikpun takkan ada artinya. Kekota maupun kedesa takkan berharga disamping ucapannya juga takkan laku. Orang yang begitu akan gampang dipermainkan orang. Sebenarnya hidup ini susah bagi orang yang tak tahu apa fungsinya hidup. Disepanjang perjalanannya takkan menemui kesempurnaan dan kemulyaan didunia juga diakhirat.
Pada jaman ini banyak orang yang mengaku lebih pintar dari orang lain, pekerjaannya lebih banyak dari orang lain hal itu dirasa keuntungan selalu datang menyertainya. Mereka itu senyatanya adalah orang yang bodoh. Karena itu anak-anak perlu dididik untuk mengaji dan dididik ilmu pengetahuan sebab pelajaran yang jatuh ke akal anak-anak ibarat batu tulis. Sedangkan ilmu yang jatuh pada orang yang sudah terlambat menerimanya seperti air ditulis.
Disamping itu anak-anak perlu diberi contoh tingkah-laku yang baik supaya dirinya tak tersia-sia. Mendapat hasil yang sempurna sehingga tak sampai menderita dirinya. Karena pangkal kejelekan maupun bahaya bermacam-macam adanya misalnya : Butir satu. “ Karena dirinya bodoh meskipun ia kaya kebanyakan jatuh kelembah kemiskinan “. Butir kedua : “ Karena melarat “. Butir ketiga : “ Karena berteman dengan orang berwatak jelek atau berteman dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan “. Butir keempat : “ Karena kurang hati-hati “.
Tanda-tanda orang baik adalah orang yang suka belajar kepada kebaikan dan suka berlaku baik. Tanda-tanda orang yang bersifat jelek yaitu orang yang enggan belajar kepada kebaikan disamping ia suka bergaul dengan orang yang suka berbuat kejelekan dan kalau ada nasihat yang menuju kepada kebaikan ia tak mau mendengarkannya.
Sedangkan yang dikatakan orang pintar dan sempurna atau bahagia yaitu orang yang tidak cepat menyangkal nasihat baik orang lain suka membantu keinginan baik orang lain tak menonjolkan diri. Lebih baik nasihat dan maksud baik dari orang lain itu diterima. Sesudahnya lalu pikirkan yang mana baiknya diambil dan jeleknya hendaknya dibuang jauh-jauh.
Sesudah itu cucunya keluar mengumpulkan para menteri sesuai pesan kakeknya. Setelah berkumpul Sunan Paddusan lalu mengangkat cucunya itu dengan gelar Pangeran Batuputih. Setelah beberapa hari dari pengangkatan itu Sunan Paddusan lalu meninggal. Setelah meninggal jenazahnya diletakkan dikeranda dan diberi harum-haruman. Keinginan isterinya akan dikebumikan di Ampel (Surabaya). Keesokan harinya jenazah itu diusung sambil dipayungi empat buah lengkap dengan perangkat lainnya sedangkan yang mengantarkan penuh sesak seperti rombongan bala tentara yang mau berperang.
Isteri Sunan Paddusan dan Pangeran Batuputih juga ikut mengantarkannya. Pangeran Batuputih menunggang kuda berbulu kelabu memakai payung. Sesampainya didesa Pamolokan rombongan tersebut bertemu dengan rombongan Pangeran Sumenep yang akan berangkat ke peperangan. Ketika Pangeran Sumenep melihat keranda mayat tersebut lalu dicegatnya. Keranda tersebut oleh pengusungnya lalu diturunkan dan diletakkan dibawah pohon beringin. Pangeran Batu Putih dan isteri Sunan Paddusan juga turun mengelilingi keranda disamping sejumlah orang alim.
Pangeran Sumenep bersama Patihnya Tumenggung Tankondur lalu sungkem kepada isteri Sunan Paddusan sambil berkata : Bibi, kalau memang menjadi ijinmu dan tak ada aral nanda mohon agar supaya jenazah Paman Sunan Paddusan disemayamkan dulu disini karena nanda barangkali akan menyusul beliau sebab sebentar lagi nanda akan berangkat berperang. Selanjutnya Pangeran Sumenep menceriterakan kepada bibinya mengenai awal peristiwanya sehingga ia harus menghadapi tentara Japan dengan peperangan.
Pangeran Sumenep selanjutnya berkata : Sangat mengharap kerelaan bibi dan nanda sangat berterimakasih kalau usul tadi dikabulkan yaitu supaya jenazah paman tetap dikubur disini saja, agar supaya dibelakang hari bisa menjadi berkah bagi nanda dan semua anak cucu. Apalagi jika nanti nanda sudah sampai pada ajal pula. Nanda masih ingat wasiat almarhum kepada nanda yang mengatakan bahwa nanda dalam memangku jabatan sebagai Raja Sumenep tidak akan lama karena akan terlibat perang dengan Ratu Japan. Dalam peperangan ini nanda akan sampai pada janji dengan Allah atau akan dijemput ajal.
Keturunan selanjutnya tidak akan ada lagi yang menjabat sebagai Raja. Hanya nanti akan ada seorang puterinya yang akan dipersunting seorang Raja Sumenep yaitu yang bernama Pangeran Wetan I. Bahwa nanti yang akan menggantikan Pangeran Sumenep adalah cucu dari paman Sunan Paddusan sendiri yaitu Tumenggung Kanduruwan.
Post a Comment