Header Ads

31. Pangeran Sumenep Kembali Lagi ke Keraton


Sesampainya pada giliran Raja ke III dari-nya akan tersambung lagi dengan keturunan nanda melalui Raja Sumenep yang bernama Pangeran Lor atau Raden Rajasa. Setelah tujuh turunan dari cucu paman Sunan Paddusan lalu bergantilah lagi dari keturunan nanda sebagai Raja di Sumenep. Tetapi dari kedua keluarga tidak akan berpisah sama sekali sampai pada akhirnya. Pangeran Sumenep juga meminta : Selain dari itu pinta nanda kepada bibi seandainya nanda nanti sampai pada ajal maka sudilah dikubur didekatnya. Serta kalau mendapat ijin bibi pertemukanlah anak nanda dengan cucu pamanda Sunan Paddusan yaitu Pangeran Batuputih karena dia masih merupakan daging sendiri.

Setelah isteri Sunan Paddusan mendengar apa yang diminta Pangeran Sumenep lalu menangis sambil berkata : Anakku Pangeran Sumenep, hendaknya kamu jangan bimbang dan khawatir semua permintaanmu akan kukabulkan. Juga jenazah pamanmu ini aku pasrahkan kepadamu dan lakukanlah apa kemauanmu itu. Mendengar permintaannya dikabulkan Pangeran Sumenep sangat gembira lalu memerintahkan orang-orangnya untuk segera menguburkan jenazah Sunan Paddusan tadi. Setelah penguburan selesai para pengiring jenazah Sunan Paddusan yang dari Batuputih pulang semuanya yang tinggal hanya Pangeran Batuputih karena keinginannya untuk membantu ikut berperang melawan tentara Japan. Namun karena dirinya masih muda-belia dan umurnya masih empat belas tahun waktu itu ia tak diijinkan apalagi para punggawanya juga tidak setuju.

Oleh karena itu dia hanya dipasrahi untuk menjaga istana saja. Tapi Pangeran Batuputih hasratnya masih kuat utnuk ikut berperang dengan maksud sebagai tambahan pengalaman. Mendengar permintaan Pangeran Batuputih Pangeran Sumenep membujuknya katanya : Hasratmu untuk ikut berperang sangat aku hargai. Namun karena engkau masih muda maka ijinkan aku meminta dan berharap lebih baik kamu diistana saja karena disana sekarang tidak ada seorang pria-pun yang patut. Maka kalau engkau tak berat hati wujudkanlah seperti apa yang aku minta kepada bibi tadi. Kalau nanti aku benar-benar terjemput ajal maka bawalah isteri dan anakku ke Batuputih karena disini tentu diganti Raja yang lain.

Pangeran Batuputih : Kalau tak keberatan kami akan ikut saja untuk sekedar dapat membantu Pangeran dalam pertempuran. Meskipun kami masih muda namun takkan was-was untuk dapat menghancur-leburkan tentara Japan. Pangeran Sumenep : Ooh, jangan engkau takabur takutlah akan hukum Allah. Tentara Japan ini jumlahnya ribuan. Hanya aku minta padamu doa semoga aku mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat juga seluruh lasyakar dan rakyatku. Atas kerelaanmu menyertaiku berperang sangatlah aku berterimakasih.

Tapi karena kakanda Patih Tankondur sudah ikut maka cukuplah dia saja. Kalau kamu juga ikut maka aku merasa keberatan. Kalau semua kita tewas maka siapa yang akan merawat isteri dan anak-anakku ? Sudah tentu mereka akan merana nantinya. Pangeran Batuputih : Nasihat Pangeran itu memang tidak keliru sedikitpun tetapi karena kami juga bergelar Pangeran maka kami merasa malu kalau tidak ikut berperang. Apa kata orang nanti kalau kami dicemoohkan sebagai Pangeran yang berjiwa banci. Pangeran Sumenep : Apa katamu itu memang benar. Tapi mungkin pada hari yang lain kamu juga akan memangku perang yang lebih besar dari peperangan ini.

Pendek ceritera Pangeran Sumenep sekarang kembali lagi ke keraton dengan membawa serta Pangeran Batuputih. Melihat kejadian itu isteri Pangeran Sumenep merasa riang hatinya karena disangkanya peperangan telah usai. Pangeran Sumenep lalu berceritera tentang ikhwalnya ia kembali lagi ke keraton katanya : Isteriku, mungkin perasaanmu sekarang seperti mendapat berkah segunung emas karena tadi ditengah perjalanan aku bertemu dengan iring-iringan jenazah paman Sunan Paddusan.

Maka sekarang aku akan menitipkan Pangeran Batuputih supaya dijadikan penggantiku kelak terutama dalam merawat dirimu dan anak-anak serta mbakyu Patih. Ikutilah apa nasihatnya dan selain itu Pangeran Batuputih ini akan kucalonkan sebagai suami anak kita yang sulung semoga engkau tak berat hati. Rembukan ini sudah aku sampaikan kepada bibi isteri paman Sunan Paddusan dan beliaupun menyetujuinya. Sedangkan sekarang aku akan menempatkan Pangeran Batuputih disini supaya menjaga kalian. Isteri Pangeran Sumenep agak senang hati tetapi setelah menatap wajah suaminya lalu menangis.

Keesokan harinya selepas waktu dhuhur Pangeran Sumenep bersama bala tentaranya berangkat dengan diantar Pangeran Batuputih sampai diluar pintu gerbang kota. Setelah beberapa waktu berselang sampailah Pangeran Sumenep beserta bala tentaranya disuatu desa dan disana mereka lalu beristirahat. Saat itu Pangeran Sumenep berkata kepada tentaranya : Rasanya menurutku tempat ini pantas sebagai arena peperangan karena tempat ini sudah jauh dari kota. Pangeran juga meminta pendapat dari Patih Tankondur dan dia juga tidak keberatan kalau desa tersebut akan digunakan sebagai medan peperangan.

Patih Tankondur lalu memerintahkan bala tentaranya untuk segera membangun benteng pertahanan. Bala tentara Sumenep melaksanakan perintah Patihnya dengan sukacita dan tak lama kemudian selesailah benteng itu. Disebutkan bahwa desa itu adalah desa Pore termasuk Kecamatan Lenteng Kawedanan Timur Daya kira-kira arah Barat Daya Kota jauhnya kira-kira sepuluh kilometer.

Dilain pihak juga diceriterakan bahwa Tumenggung Kanduruwan sedang dihadap para sentananya. Mereka sedang berteduh dibawah pohon beringin sambil menunggu utusan yang diutus mengantar surat ke Sumenep. Tak lama kemudian utusan yang ditunggunya datang dengan nafas tersengal-sengal. Kanduruwan merasa terkejut dan memerintahkan supaya utusan tersebut segera menghadapnya. Setelah utusan itu duduk lalu ditanyakan bagaimana hasilnya. Utusan : Segala perintah paduka telah kami laksanakan.

Namun setelah sampai di Sumenep hamba dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa Pangeran Sumenep telah mengumpulkan bala tentara untuk menantang perang. Sikap Pangeran Sumenep ini memang garang seakan-akan tak ada orang yang kuat menghadapinya. Surat yang paduka kirimkan setelah ia baca lalu dirobeknya hingga halus. Setelah Tumenggung Kanduruwan mendengar ceritera sang utusan ia lalu murka dan memerintahkan bala tentaranya untuk siap berangkat perang.

Tumenggung : Saudara-saudaraku semua mari kita kumpulkan seluruh lasykar masing-masing. Hancurkan Pangeran Sumenep beserta seluruh tentaranya sampai lebur jadi abu. Sekarang juga mari kita berangkat. Pangeran Malaja, Pangeran Jambaringin, Adipati Baliga dan tentaranya berada ditengah sedangkan yang lainnya dibelakang. Tumenggung Kanduruwan dan lasykarnya berada didepan. Setelah bendi perang ditabuh sebanyak tiga kali maka berangkatlah tentara Japan.

Tak diceriterakan keadaan diperjalanan maka sekarang sampailah tentara Japan diperbukitan gunung kapur Moncek. Dipihak lain yaitu dibarak bala tentara Sumenep dua orang diantaranya melaporkan kepada Patih Tankondur tentang telah datangnya tentara Japan dilokasi yang disebutkan tadi. Patih Tankondur memerintahkan kepada bala tentaranya untuk bersiap-siap dan hati-hati. Taklama kemudian bala tentara Japan sudah sampai didesa Sendir dan terus mengepung tentara Sumenep. Meskipun bala tentara Sumenep dalam jumlah yang sedikit tetapi mereka tak merasa gentar dan semuanya rela hati menghadapi kenyataan itu.

Diantara mereka ada yang berkata dalam hatinya : Suatu keuntungan bagiku menghadapai musuh yang sekian banyaknya seperti ini. Sebab kalau aku mengamuk tak ayal empat atau lima orang musuh akan terbunuh. Pangeran Sumenep dan Patih Tankondur berkata : Hai bala tentaraku, aku berpesan kepada kalian janganlah berkecil hati meskipun musuh kita begitu banyaknya. Disini suatu kesempatan bagi kalian untuk mengamuk sebisamu sehingga semua musuh dapat kalian tumbangkan.
Diberdayakan oleh Blogger.
close