Header Ads

32. Semangat Bala Tentara Sumenep Membunuh Musuh


Tak lama kemudian berlangsunglah pertempuran dengan serunya. Pangeran Sumenep bersama Patih Tankondur secara serempak menyerang ditengah-tengah gelombang manusia. Musuh yang berhasil mereka tebas bergelimpangan seperti batang padi tertebang. Bunyi keris dan pedang berdentang membisingkan telinga diiring suara teriakan semangat dan rintihan kesakitan berbaur seperti deru angin. Bala tentara Sumenep semakin bersemangat membunuh musuh-musuhnya. Sampai-sampai karena penuhnya manusia dimedan peperangan itu kawan maupun lawan berbaur menjadi satu  Kacaulah peperangan bahkan sudah tak dapat dibedakan mana kawan dan mana lawan.

Pangeran Sumenep semakin lama semakin lemah tetapi semangat bertempurnya semakin beringas menjadi-jadi. Para pembesar Japan konon banyak yang tewas  sedangkan sebagian lagi merasa gentar menghadapi Pangeran ini. Pangeran Sumenep dan Patih Tankondur setelah mengetahui kegentaran musuhnya lalu sesumbar katanya : Ayo maju kemari wahai pembesar Japan. Kalau kalian nyata berperangai jantan jangan adu kekuatan bala tentara. Ayo kita berhadapan antar penghulu perang.

Diufuk barat matahari sudah siap menuju peraduannya. Langit-pun mulai menampakkan warna kemerahan. Disitulah perang dihentikan dan masing-masing mundur kebaraknya. Para Bupati menghitung tentaranya masing-masing. Terbunuhnya tentara Japan konon berjumlah ribuan dan ratusan yang luka-luka. Sedangkan bala tentara Sumenep yang terbunuh hanya berkisar ratusan dan puluhan yang luka-luka. Dibarak pasukan Japan Patih Kanduruwan minta pendapat kepada para Bupatinya dan bala sentana lainnya untuk mencari cara bagaimana memenangkan peperangan dan berhasil membawa Pangeran Sumenep ke Japan dalam keadaan hidup. 

Bupati : Kalau menjadi perkenan paduka lebih baik mari hentikan peperangan ini selang beberapa hari. Selanjutnya kita utus salah seorang untuk memberi kabar kepada Ratu Japan bahwa dengan jalannya perang yang demikian tidak mungkin kita bisa menangkap Pangeran Sumenep dalam keadaan hidup. Kalau peperangan ini masih tetap dilanjutkan sebagaimana keinginan paduka Ratu maka tak ayal bala tentara Japan akan lumat tak bersisa. Sebagaimana kita tahu dan melihat perlawanan Pangeran Sumenep yang mengamuk seperti setan tadi maka kami kira orang seperti itu tak patut kita lawan. Lebih baik kita harus bisa mencari jalan lain untuk dapat membujuk hatinya supaya kita semua selamat.

Tumenggung Kanduruwan lalu marah katanya : Saya tidak suka untuk menghentikan peperangan ini kecuali Pangeran Sumenep sudah tertangkap. Japan masih tak kurang prajurit. Seandainya  bala tentara yang ada sekarang hancur semuanya maka saya tidak khawatir terhadap kekalahan seperti itu karena negara Japan masih banyak punya tentara yang bisa diandalkan.

Keesokan harinya lasykar kedua negara itu bertempur lagi. Semangat Pangeran Sumenep bersama bala tentaranya semakin nekat. Pada hari itu lasykar yang terbunuh dipihak Japan semakin banyak bahkan lebih banyak dari korban yang kemarin. Setelah pertempuran berlangsung selama sebulan maka korban dari pihak Japan separuh dari tentaranya telah tewas. Pada suatu hari Tumenggung Kanduruwan berembuk lagi dengan bala sentananya disamping mengutus salah seorang untuk memberi laporan kepada Ratu Japan tentang halnya perang dan tewasnya separuh dari tentara Japan.

Setelah Ratu Japan mendengar pesan dari utusan Tumenggung Kanduruwan seketika ia tercengang. Selanjutnya ia memerintahkan untuk mengumpulkan para prajurit dan disusulkannya ke Sumenep. Jumlahnya sepuluh ribu lebih, bahkan setiap bulan ia menyusulkan lagi sejumlah tentaranya ke peperangan itu. Ia tidak lagi memikirkan kerugian negaranya asal terkabul apa yang diinginkannya. Jalannya peperangan konon sudah empat bulan lamanya. Tetapi Pangeran Sumenep bersama tentaranya tidak patah semangat.

Oleh karena itu Tumenggung Kanduruwan lalu mengadakan perembukan lagi untuk mencari jalan keluar bagaimana caranya menangkap Pangeran Sumenep dalam keadaan hidup. Setelah rembukan selesai maka diperoleh kesepakatan bahwa untuk mengatur siasat pasukan Japan diperintahkan mundur dan membuat benteng di desa Moncek. Tempat itu sekarang dinamai Kampong Tangsi dan masih ada.
Melihat mundurnya tentara Japan Pangeran Sumenep beserta bala tentaranya bersuka-ria. Dengan mundurnya tentara Japan itu maka tentara Sumenep menyangka bahwa mereka sudah kembali pulang ke Japan. 

Oleh karenanya Pangeran Sumenep memerintahkan agar sebagian besar tentaranya kembali ke kota untuk berjaga-jaga disana. Atas perintah Pangeran sebagian besar tentara Sumenep kemudian pulang sedangkan Pangeran Sumenep dan Patih Tankondur didampingi bala sentana sebanyak tiga puluh orang tetap berada dibentengnya.

Setelah Tumenggung Kanduruwan mendengar kabar bahwa yang tinggal dalam benteng pasukan Sumenep hanya Pangeran Sumenep dan Patih Tankondur disamping hanya segelintir bala sentananya maka ia segera memerintahkan tentaranya untuk segera mengepung benteng dan menangkap Pangeran Sumenep. Pada saat itu seorang Patihnya berkata bahwa Pangeran Sumenep menurut pendapatnya tidak mungkin bisa ditangkap hidup-hidup. Tumenggung Kanduruwan lalu mengeluarkan perintah dan pengumuman terhadap bala tentaranya katanya : Siapa saja yang bisa menangkap Pangeran Sumenep maka akan mendapat hadiah besar dariku. Mendengar itu bala tentara Japan saling berlomba untuk menangkap sang Pangeran.

Setelah Pangeran Sumenep sadar akan keadaannya bahwa mereka sedang terkepung musuh maka melompatlah dia diiringi Patih Tankondur keluar benteng. Keduanya terus mengamuk lagi disusul oleh ketiga puluh orang bala sentananya. Berhari-hari perlawanan itu berlangsung.

Pada saat itu disekitar areana pertempuran muncul wabah penyakit. Tentara Japan yang terserang penyakit itu seperti jika pagi ia terjangkit maka malam harinya akan menemui ajalnya. Pada saat itu para Bupati Japan mulai khawatir pikirnya : Seandainya perang bisa dimenangkan aku tidak merasa gembira karena meskipun menang tentu tentara Japan akan musnah terkena penyakit. Mungkin ini hukuman dari Allah.

Di keraton Sumenep setelah Pangeran Batuputih mendengar kabar bahwa Pangeran Sumenep diserbu lagi oleh tentara Japan ia memerintahkan supaya para prajurit Sumenep berkumpul lagi dan menyusul membantu perjuangan Rajanya. Pada waktu itu dikubu pertahanan Japan Tumenggung Kanduruwan resah pikirannya bila mengingat perintah Ratunya. Tapi dirinya sudah tak punya pilihan apalagi perlawanan Pangeran Sumenep semakin hari semakin menjadi.

Pikirnya : Aku sudah empat bulan lamanya mencari akal supaya aku berhasil menangkap Pangeran Sumenep dalam keadaan hidup. Tetapi upaya itu sia-sia bahkan tentara Japan semakin hari semakin berkurang jumlahnya sedangkan Pangeran Sumenep masih belum ada tanda-tanda menyerah. Setelah Tumenggung Kanduruwan berpikir demikian lalu memerintahkan para Bupati untuk berkumpul lagi katanya : Mungkin dengan keputusan ini saya akan mendapat marah dari Ratu akibat perang ini. Pertama, disangka saya kurang setia. Kedua, kalau dikatakan begitu memang benar karena saya merasa tak tega menangkap Pangeran Sumenep yang masih paman saya sendiri. Karena itu saya merasa bingung memikirkannya. Apalagi Pangeran Sumenep diminta untuk ditangkap hidup-hidup. Namun saat ini beliau tidak mematuhi perintah dan bahkan Pangeran Sumenep memilih mati ketimbang menyerah.

Diberdayakan oleh Blogger.
close