37. Negara Sumenep Makin Sejahtera
Setelah itu Tandaterung lalu pulang ke Majapahit dan sesampainya disana dituturkannya semua pesan kakaknya kepada Raja Majapahit. Raja Majapahit mendengar semua itu lalu sedih hatinya dan berkata begini : Kalau sekarang kakakmu itu memang sudah ikut agama Muhammad dan sudah tak suka lagi pada agamaku aku tak melarangnya. Meski orang diseluruh tanah Jawa sekalipun ikut agama itu aku-pun suka hati karena mereka tak lagi menjadi beban bagiku.
Diceriterakan sekarang bahwa Pangeran Lor dan Pangeran Wetan beserta ibunya sudah sampai di Sumenep. Keduanya telah diangkat menjadi Raja Sumenep dan hasilnya dibagi dua. Tatacara menghadap ke Japan juga telah diatur sesuai permintaan Ratu Japan dan secara setahun sekali mereka bergiliran menghadap. Setelah keduanya lama menjadi Raja, negara Sumenep semakin sejahtera melebihi keadaan pemerintahan Tumenggung Kanduruwan. Bala sentana dan menteri serta punggawa lainnya semakin banyak jumlahnya sehingga kota pemerintahan Sumenep semakin ramai keadaannya.
Di sekeliling alun-alun penuh dengan rumah kediaman para putera dan bala sentana. Disitu lalu dinamai kampung Bangselok. (Nama kampung ini mengambil istilah bahasa Jawa yang artinya Bangsa=Macam, Elok=Bagus. Jadi maksudnya Kampung tempat orang-orang bangsa yang bagus). Nama ini masih dipakai sampai sekarang.
Pada suatu hari Pangeran Lor dan Pangeran Wetan berjalan-jalan berkeliling kota diiringi Patih setianya bernama Wangsadumetra. Mereka melihat-lihat keadaan kota lalu beristirahat disebuah kebun didepan keraton sambil bercengkerama dengan para menteri yang lain. Pangeran Lor sedang bercakap-cakap dengan adiknya dipertamanan itu.
Pangeran Wetan : Kanda, ini merupakan permintaan yang sungguh-sungguh dari dinda dan ini muncul setelah dinda memahami tentang kedudukan kita sebagai Raja. Melihat keadaan kota yang semakin ramai dan kehidupan rakyat yang semakin sejahtera kiranya kanda takkan menolak kalau dinda mohon agar kanda segera beristeri. Kita juga tahu bahwa tidak ada para leluhur kita yang tidak kawin. Apalagi kakanda sebagai Raja, maka perlu ada seorang pendamping sebagai Raden Ayu (Permaisuri). Adik sangat menyayangkan kalau kakanda tidak punya keturunan. Karenanya sebagai pengharapan kalau kanda ada keturunan ingin rasanya dinda pertemukan dengan keturunan dinda sendiri supaya hubungan kita tidak hilang.
Pangeran Lor : Dinda, semua ucapanmu itu benar. Tapi engkau masih belum tahu tentang takdir Yang Kuasa. Sebetulnya takdir itu memang tak bisa berubah. Kalau memang sudah tertulis di Lohmahfud tak mungkin ada manusia yang bisa merubahnya. Jadi sesungguhnya manusia ini hanya menjalankan adat (usaha) saja namun ketetapan tidak ada yang tahu kecuali Yang Maha Kuasa. Begitu juga aku yang senang nyepi bertahun-tahun lamanya. Disana aku mendapat tanda-tanda bahwa anakku Raden Rajasa sampai ke anak-cucunya kelak akan memerintah di negara Sumenep ini. Sedangkan anak-cucumu yaitu yang dari Kedduk sudah dipastikan jadi kawulanya.
Pangeran Wetan : Meskipun Nanda Kedduk dari anak selir dan Rajasa dari anak padmi yang diangkat anak oleh kanda menurut dinda nyata-nyata tak ada beda. Mereka masih merupakan anak dinda dan ibu merekapun masih keturunan para Raja. Oleh karena itu dinda mohon supaya keduanya bisa menjadi Raja sampai keturunannya. Pangeran Lor : Dinda, ini sudah tidak bisa menurut petunjuk seperti yang aku katakan tadi. Aku sudah bilang bahwa takdir adalah dari Yang Maha Kuasa yang tak dapat diubah.
Pangeran Wetan : Meskipun menurut kanda demikian dinda masih akan memohon karena Allah tidak akan menyia-nyiakan permohonan hambanya. Kalau belum terkabul sekarang barangkali nanti dibelakang hari. Pangeran Lor : Kalau dinda memang tak percaya mari kita sama-sama nyepi ditempat pertapaan Kyai Kodapandengngan dibawah pohon Nangger pangongngangan (tempat melihat,ind.) disana kita berdiri bersama-sama dalam jangka satu tahun.
(Nangger Pangongngangan terletak disebelah utara makam Sultan Sumenep agak kesebelah barat. Tempat itu dinamai demikian karena dahulu dipakai juga untuk melihat bulan tanggal satu bulan puasa).
Siapa diantara kita yang tak bisa melakukannya menandakan keturunannya akan jadi kawula. Kalau diantara itu ada yang mampu melakukannya maka menandakan bahwa anak-cucunya akan memangku Raja selamanya.
Kedua bersaudara itu lalu berangkat menuju Nangger Pangongngangan dengan masing-masing berpakaian putih mulus serta membawa bekal hanya sepotong apem. Sesampainya ditempat mereka lalu berdiri menghadap arah barat sedang pikirannya hanya menyatu pada apa yang mereka maksud. Kedua Pangeran tersebut memang ahli bertapa.
Sampai beberapa waktu kemudian badan keduanya dililit akar pepohonan tetapi karena tekad baja yang dimilikinya mereka tak bergerak dari tempatnya. Setelah setahun kurang sehari Pangeran Wetan badannya mulai melemah bahkan sampai jatuh tersungkur. Ketika ia jatuh masih sempat berpikir begini : Benar apa kata kakanda Pangeran Lor dan memang kesalahan ada padaku karena melanggar ucapan saudara tuaku. Jadi nyata benar bahwa saudara yang tertua itu harus diikuti nasihatnya karena beliau ibarat pengganti ayah. Apa perkataan dan nasihatnya patut dipatuhi dan merupakan hal yang wajib dihormati oleh para adiknya kecuali perintah dan perkataan yang menjurus pada jalan maksiat. Mudah-mudahan pertapaanku tidak sia-sia sebab segala perbuatan yang baik itu tak akan terbuang. Kalau keinginan dan upayaku sekarang belum mendapat ijin-Nya mungkin dilain waktu.
Konon Pangeran Lor belum bergeser sedikitpun dari tempatnya. Ia tetap khusuk melakukan tapa sampai waktu setahun genap. Setelah selesai diraihnya tongkat yang ada didekatnya dan ia bersihkan dirinya dari lilitan akar yang mengotorinya lalu diraihnya pula tangan adiknya yang masih dalam keadaan terbaring sambil mengajak : Mari bangun adikku.
Pangeran Wetan : Rasanya benar bahwa kakanda adalah seorang wali Allah. Kanda bisa mengetahui suatu peristiwa yang masih belum terjadi. Maafkan segala kesalahan dinda lahir dan batin karena dinda telah berbuat kekeliruan yang besar. Pangeran Lor : Semua permintaan maaf dinda aku terima begitupun sebaliknya aku. Setelah itu mereka pulang ke keraton dan sesampainya disana mereka sungkem pada ibunya. Kedua isteri dan anak Pangeran Wetan juga sungkem padanya serta kepada Pangeran Lor juga. Setelah itu Pangeran Lor menggendong Raden Rajasa sedangkan Raden Kedduk digendong oleh Pangeran Wetan. Mereka saling melepas rindu dari perpisahannya selama setahun.
Pangeran Lor berkata kepada isteri muda Pangeran Wetan yaitu Ratna Taluki katanya : Adikku, kalau nanti aku sudah tiada maka anakmu Raden Rajasa yang akan menggantikanku sebagai Raja. Selain itu aku juga sudah menerima petunjuk dari Allah bahwa kalau nanti sudah sampai pada keturunan Rajasa yang ketujuh maka kekuasaannya akan putus karena pada saat itu disini akan diperintah oleh orang lain atau dari negara lain. Yang mengganti itu adalah dari keturunan Pangeran Siding Puri karena memang keturunan dialah yang menjadi hak-nya. Sedangkan keturunanmu nanti hanya akan manjadi bawahannya.
Setelah Ratna Taluki mendengar ramalan Pangeran Lor lalu menangis dan setelah itu berkata : Kanda, dinda sangat berterimakasih atas kabar itu tapi kalau bisa tolonglah sambungkan doa dan permohonan adik kepada Yang Kuasa semoga nanda Rajasa selalu mendapat keselamatan dunia- akhirat serta semoga ia tetap menurunkan para Raja sampai diakhir jaman.
Pangeran Lor : Dinda, sudah merupakan karunia yang sangat besar dari Allah pada anakmu juga kepada anak-cucunya. Allah telah menganugerahkan jiwa prajurit melebihi dari Raja yang lain sifat kejantanan termasuk sebagai pembesar prajurit meskipun sayang mereka takkan lama umurnya. Kalau nanti ada keturunan Rajasa yang panjang umur tentu dialah yang akan memangku jabatan Raja lebih lama dan memiliki kelebihan dari para Raja yang lain. Karena itu hendaklah engkau bersyukur kepadaNya. Kalau soal Rajasa diharapkan untuk tetap menurunkan para Raja jangan terlalu banyak kau pikirkan. Ibarat kita meminjam suatu barang yang sewaktu-waktu harus dikembalikan.
Post a Comment