38. Raden Patah mendirikan mesjid di Demak
Bab III
Di lain tempat diceriterakan bahwa Raden Patah yang menjabat sebagai Raja di Bintara semakin hari semakin banyak rakyatnya bahkan rakyat Majapahit sudah banyak pula yang pindah ke Bintara sekaligus pindah keyakinan agama dari Budda ke agama Muhammad. Jadi rakyat Majapahit semakin hari semakin menyusut jumlahnya dan mulai banyak yang mogok (tak patuh) terhadap perintah Rajanya.
Diantara mereka sudah banyak retak hubungan karena perbedaan agama yang mereka anut tidak sama dengan agama kerajaan. Rakyat yang sudah memeluk agama Muhammad sangat menyegani ajaran guru-guru mereka seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Darajad di Sedayu dan Sunan Kudus di Japara.
Tak lama kemudian Raden Patah mendirikan mesjid di Demak. Disuatu hari Raden Patah mengumpulkan rakyatnya untuk menyusun kekuatan guna menyerang Majapahit. Tetapi yang menyatakan kurang setuju terhadap keinginan itu adalah Sunan Ampel yang melarang penyerangan secara kekerasan dengan alasan karena Raja Majapahit meskipun tak ikut agama Muhammad namun ia tak pernah dengki terhadap orang-orang yang menganut agama itu.
Karena gagal mendapat persetujuan Raden Patah mengurungkan niat untuk menyerang kerajaan Majapahit. Namun setelah Sunan Ampel wafat Raden Patah meneruskan niatnya untuk menyerang kerajaan Majapahit dan itu sesudah mendapat persetujuan wali sanga lainnya yaitu ; Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Darajad, Sunan Kudus, Sunan Andung, Sunan Parapin, Sunan Baribin dan Sunan Cerebun.
Setelah semua mufakat mereka lalu mengatur siasat untuk mengepung Majapahit. Mereka bersama tentaranya lalu menyerang negara tersebut tetapi kalah dan lasykarnya banyak yang tewas sedangkan yang selamat lari berpencaran. Karena kemudian para pembesar Majapahit teledor maka kesemPatahn itu digunakan dengan baik oleh para lasykar Sunan yang tersisa untuk berhimpun kembali. Setelah itu mereka melakukan penyerangan yang kedua dan tentara Islam menang kemudian mereka terus memasuki keraton. Semua barang dan perkakas dirampas dan dirusaknya terutama barang-barang yang dianggap tak diperlukan oleh Islam termasuk penghancuran keraton. Saat itu diperkirakan 1478 tahun masehi.
Sesudah itu Raden Patah menuju ke negara Japan. Tetapi Ratu Japan dan seluruh tentaranya sudah terlebih dulu meloloskan diri lari entah kemana. Setelah peperangan selesai Raden Patah lalu menjabat sebagai Raja Demak dan para Raja yang ada dibawah pemerintahannya diberitahu supaya mereka tunduk kepada pemerintahan Demak.
Dibagian lain yaitu di negara Sumenep Pangeran Lor dan Pangeran Wetan pada suatu hari mengadakan pertemuan di paseban dengan dihadap para sentananya. Disaat bersamaan datanglah utusan dari Demak. Setelah dipersilakan duduk dan disuguhi sekedar hidangan lalu keduanya bertanya tentang maksud dan tujuan orang Demak itu.
Utusan : Gusti Pangeran, hamba diutus oleh kakek paduka untuk memberi kabar bahwa sekarang dan seterusnya paduka berdua diperintahkan untuk tidak lagi menghadap ke Japan maupun ke Majapahit. Paduka berdua diperintahkan untuk menghadap ke Demak karena Majapahit dan Japan telah dihancur-leburkan oleh kakek paduka yaitu Raden Patah alias Sultan Demak bersama-sama para wali.
Kedua negara itu sudah dikalahkannya dan beliau hancurkan karena Raja Majapahit dan Ratu Japan tidak mau menganut agama Islam. Raja Majapahit, Ratu Japan maupun Patih Gajahmada dapat meloloskan diri dan kabur entah kemana. Sultan Demak tidak mau bertahta di dua kerajaan itu karena telah rusak binasa dihancurkan oleh tentara Islam. Lagi pula kedua kerajaan itu sekarang telah rata dengan tanah.
Maka itu kakek paduka lalu bertahta di Demak dan paduka berdua diharap kedatangannya kesana karena kakek paduka sudah sangat rindunya. Sesudah Pangeran Lor dan Pangeran Wetan mendengar kabar itu gembira rasa hatinya dan selanjutnya memerintahkan kepada bala sentananya : Aku hari ini juga akan berangkat ke Demak untuk menghadap kakekku yang baru menjabat sebagai Sultan disana.
Barang siapa yang ingin ikut maka bersiaplah dengan bekal masing-masing. Engkau Wangsadumetra (patihnya) segera kumpulkan bala sentana yang akan mengiringkan aku. Setelah semuanya siap maka berangkatlah mereka ke Demak dengan melewati jalan yang lebih singkat.
Sesampainya di Demak kebetulan Sultan sedang dihadap para Raja yang ada dibawah kekuasaannya dan mereka memenuhi paseban. Sultan Demak duduk diatas kursi terbuat dari gading bertatakan intan lengkap dengan tata upacaranya. Saudara Sultan yaitu Raden Lembupetteng juga hadir dan duduk disamping kirinya. Sesudah Sultan melihat kedatangan Pangeran dari Sumenep lalu segera mempersilakannya mendekat. Dipeluknya dua Pangeran itu dan diciuminya sambil berkata : Cucuku berdua, kakek sangat rindu pada kalian.
Dengan melihatmu maka terkenang aku pada ayahmu yang sekarang sudah tiada. Jangan dulu kalian pulang karena kalian baru sampai dari perjalanan jauh. Istirahatlah dulu diruangan keraton ini. Kedua Pangeran itu selanjutnya diberi pakaian yang bagus-bagus. Sesudah lima bulan lamanya mereka pamit kepada Sultan katanya : Perkenankan cucu berdua pulang ke Sumenep karena kami rasa telah lama berada disini.
Permaisuri Sultan : Aku masih rindu maka kalau berkenan janganlah kalian pulang dahulu. Karena keinginan keduanya sudah tak bisa dicegah untuk pulang lalu Sultan mengizinkannya katanya : Kuijinkan kalian pulang tapi jangan kalian lupa untuk datang menghadap. Bergiliran-lah kalian kemari.
Selain itu berhati-hatilah kalian memerintah negara kalau bisa ikuti jejak ayahmu. Jangan sampai kalian bertingkah kurang menyenangkan pada bawahanmu dan jangan banggakan kepandaian atau keberanianmu. Sebab kalau menjadi seorang pembesar karena ditakuti maka ibaratnya “seperti ular” ketika ia lengah akan dicincang oleh rakyatnya. Maka jadilah kalian sebagai pembesar yang disenangi, dicintai dan disegani oleh bawahanmu supaya kalian bisa selamat dan sejahtera.
Post a Comment