Pangeran Cakraningrat V segera memanggil Demang Raksanagara dan memerintahkan untuk mengundang Kabajan (Pangkat kepunggawaan istana yang ber...

51. Serangan Balasan Pangeran Cakraningrat V pada Pak Lesap.



Pangeran Cakraningrat V segera memanggil Demang Raksanagara dan memerintahkan untuk mengundang Kabajan (Pangkat kepunggawaan istana yang bertugas meneruskan perintah Raja kepada para Aria, Menteri dan sebagainya), Panompeng (Menteri rendah yang tidak mendapat kekuasaan desa), Lalora (Atasan Kabajan) Tarona (Pangkat ala Bangkalan yang sama artinya dengan papanombagan = semacam pangkat prajurit), Kapetteng (pangkat ala Pamekasan, sedangkan ala Sumenep menyebut Talempek yang artinya Penombak. Mereka berpakaian cekkakan, lengan bajunya hanya sampai dibahu berompi seperti Pangarsa), Garambang (Penombak yang rambutnya terurai), semuanya diperintahkan menghadap Raja.

Pangeran Cakraningrat V : Demang Raksanagara bagaimana pendapatmu karena Sampang dan Baliga sudah menyerah. Demang Raksanagara : Menurut hamba lebih baik kita lakukan perlawanan saja dan paduka tidak mungkin kalah. Pangeran Cakraningrat V : Kalau begitu baiklah. Segera undang bala tentara dan bunyikan tanda perang. Demang Raksanagara lalu segera keluar istana dan memaklumkan perang. Setelah suamuanya terkumpul mereka lalu berangkat menyongsong musuh.

Pangeran Cakraningrat V selanjutnya menugaskan seorang berpangkat komandan untuk memberitahu Residen di Surabaya. Pangeran Cakraningrat V : Beri kabar Tuan Paduka Residen di Surabaya bahwa musuh kita sudah hampir tiba. Katakan bahwa musuh kita sekarang sudah dapat menaklukkan negara Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Baliga. Mereka akan aku lawan serta aku mengharap bantuan dari pihak Kompeni. Komandan yang ditugaskan segera menulis surat kepada Residen di Surabaya, tak lama kemudian datang bantuan serdadu dari Surabaya lengkap dengan perkakas perangnya.

Pangeran Cakraningrat V selanjutnya berkata kepada seorang Mayor Kompeni katanya : Bagaimana menurut pendapat saudara karena saya sekarang sedang kedatangan seorang musuh yang sakti dan ahli bertapa. Mayor : Jangan khawatir dan paduka hendaknya jangan ikut bertempur. Seberapakah kekuatan musuh paduka itu ? Sekalipun mereka dapat terbang, kalau mesiu kompeni masih dapat terbakar paduka Raja tak perlu khawatir.

Diceriterakan bahwa lasykar Bangkalan berjumlah sepuluh ribu orang. Lasykar itu dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing ditugaskan mengepung musuh dari empat penjuru yaitu dari utara, selatan, barat dan timur. Akhirnya lasykar Pak Lesap terkepung tepatnya didesa Patemmon yang letaknya sebelah timur kota Bangkalan dan disitulah perang tersebut dimulai.

Dipihak lasykar Pak Lesap, Menterinya yang empat puluh orang dibagi menjadi empat kelompok pula. Masing-masing sepuluh orang diperintah memimpin tentara yang dari Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Baliga. Setelah lama perang berlangsung Pak Lesap melihat banyak tentaranya yang tewas dan sebagian lagi lari. Maka itu ia lalu maju sendiri kemedan tempur. Dilepaskannya senjata andalannya Si Kodhi’ Carangcang namun lasykar Bangkalan tak merasa gentar.

Melalui senjata sakti yang bisa membunuh sendiri lawan-lawannya hanya dengan aba-aba tuannya itu berguguranlah bala tentara Bangkalan. Pak Lesap semakin kalap lalu dengan sekejap ia mencipta dengan materanya. Sesaat kemudian datanglah angin ribut disertai hujan lebat dan petir yang menyambar-nyambar. Disaat itu gelaplah langit dan alam sekitarnya. Para prajurit yang berperang tidak tahu lagi siapa kawan dan lawannya. Maka itu lasykar Bangkalan kemudian mundur kembali ke kota dan sebagian lagi ada yang lari ke keraton. Pangeran Cakraningrat V pada saat itu juga pindah dari keraton kedalam benteng.

Pada keesokan harinya para serdadu Kompeni dan lima ribu orang lasykar Bangkalan yang terdiri dari para Menteri dan punggawa berangkat menuju Tonjung yang letaknya disebelah timur kota Bangkalan kira-kira jauhnya dua kilometer. Disana mereka berperang lagi seperti kejadian kemarin. Tentara Kompeni berhasil memporak-porandakan tentara Pak Lesap dengan bedil dan meriamnya. Pak Lesap selanjutnya turun lagi ke medan peperangan dengan senjata Kodhi’ Carancang ditangannya tetapi serangannya dapat ditangkis oleh tentara Kompeni.

Tak lama kemudian ia lalu memohon kembali datangnya hujan, angin serta petir sebagaimana kejadian yang sudah-sudah. Dengan demikian maka lasykar Bangkalan sekali lagi mundur kedalam kota dan sebagian lagi mundur ke benteng pertahanannya. Melihat bala tentaranya mundur Pangeran Cakraningrat V bingung pikirannya. Ia lalu berembuk dengan Mayor Kompeni : Bagaimana akal kita sekarang ? Pak Lesap sudah demikian besar semangatnya dengan menumpahkan keberanian dan kesaktiannya. Mayor : Paduka jangan khawatir karena kami masih punya akal.

Esok harinya sang Mayor lalu menata bedil dan ditempatkannya di sekeliling benteng. Sedangkan Pangeran Cakraningrat V berangkat ke desa Malaja diiringi sejumlah tentaranya. Pak Lesap dengan lasykarnya juga sudah tiba di desa Bancaran, Pajangan dan Geddungan mengepung kota. Selanjutnya Pak Lesap mengepung benteng.

Melihat bentengnya terkepung musuh, Mayor Kompeni lalu memberikan aba-aba menyerang. Meletuplah laras-laras bedil disana dan seiring dengan itu bergelimpanganlah korban dari tentara Pak Lesap. Dengan serangan itu Pak Lesap kalap dan mengamuk sampai-sampai banyak orang kota yang bertekuk lutut kepada Pak Lesap karena mereka menyangka Rajanya sudah menyerah. Setelah tahu bentengnya dikepung musuh Pangeran Cakraningrat V gundah hatinya. Ia konon tak mau makan dan tidur karena gelisah.

Pada suatu malam saat sang Pangeran berniat tidur ia meminta petunjuk Yang Kuasa lewat mimpinya. Ia tidur dengan hanya beralaskan daun pisang sedangkan yang dijadikan bantal hanya sebuah batu bata. Maksudnya supaya ia segera mendapat petunjuk dari Allah dan meminta agar peperangan bisa dimenangkan. Pada saat terlelap lalu datang padanya suara entah dari mana arahnya. Disana ia mendapatkan petunjuk untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya.

Keesokan harinya ia berkata kepada Mayor Kompeni : Sekarang aku akan menghadapi sendiri perang ini karena tentara dan pihak Kompeni sudah tidak bisa mengatasinya. Mayor dan Komandan Kompeni : Kami tidak setuju kalau paduka Raja pergi sendiri untuk berperang. Menurut kami lebih baik kalau kita memberi kabar Tuan Residen di Surabaya untuk memperoleh bantuan yang lebih kuat lagi. Pangeran Cakraningrat V : Sudahlah, kita tak perlu meminta bantuan lagi karena Tuan Residen tentu sudah lebih paham. Pangeran Cakraningrat V kemudian  memerintahkan seorang Menterinya untuk mencari dua orang pelacur yang cantik rupanya. Setelah Menteri berhasil mendapatkannya, kedua pelacur itu lalu diberi dandanan bagus. Pakaian yang diberikannya sangat indah dan mahal harganya.

Setelah dirias sedemikian rupa maka dipanggillah mereka menghadap Raja. Pangeran Cakraningrat V membujuknya begini : Aku sekarang minta tolong pada kalian supaya kalian mau kuhadiahkan pada Pak Lesap. Akuilah disana nanti, bahwa kalian adalah anakku sedangkan yang satu lagi mengaku sebagai saudaraku. Setelah itu lakukan apa yang dimaui Pak Lesap. Kalau kalian berhasil maka pakaian yang kalian pakai itu kuhadiahkan padamu sebagai penghargaan atas bantuan yang kalian berikan kepadaku. Kedua pelacur itu setuju dan sangat gembira hatinya karena mendapat hadiah pakaian yang demikian banyaknya.

Pangeran Cakraningrat V kemudian memerintahkan Menterinya agar kedua perempuan itu dibawa kehadapan Pak Lesap. Pangeran : Katakan kepada Pak Lesap bahwa kedua perempuan ini adalah anak dan saudaraku. Jadikanlah ini sebagai pertanda bahwa aku menyerah padanya. Menteri yang ditugaskan setuju lalu berangkatlah mereka diiringi upacara kerajaan. Kedua perempuan itu didudukkan diatas tandu yang dipikul oleh beberapa punggawa. Sedangkan dibelakangnya ikut pula para emban. Didepan, sebuah bendera putih dikibarkan sebagai tanda bahwa kerajaan Bangkalan telah menyerah.

Setelah Pak Lesap melihat iring-iringan dengan bendera putih berkibar didepannya sangat gembira hatinya. Ia lalu tertawa terbahak-bahak sambil menari-nari. Sesampainya iring-iringan tadi dihadapannya, Menteri tadi lalu menyerahkan kedua perempuan itu kepada Pak Lesap sambil menyampaikan pesan-pesan Rajanya. Mendengar ucapan Menteri itu Pak Lesap langsung merenggut dan memeluk kedua perempuan pampasannya. Mereka langsung didudukkan diharibaannya. Beberapa saat kemudian kedua perempuan itu dibawanya masuk kepondoknya dan dicumbu hingga beberapa lama.

Esok harinya Pak Lesap mengumpulkan lasykarnya untuk merayakan kemenangan. Sejak  mendapatkan kedua perempuan tadi ia lalu lupa diri memenuhi syarat-syarat ilmu yang dimilikinya kecuali hanya bercumbu rayu dan bermesraan setiap saat.

Dia sudah merasa bangga dengan kemenangannya dan lupa akan cita-citanya untuk menaklukkan Surabaya sampai ke Bali. Setelah beberapa hari berlangsung maka dilain pihak Raja Bangkalan Pangeran Cakraningrat V mengeluarkan perintah kepada para prajuritnya untuk membunyikan isyarat perang. Setelah bunyi bedil berdentum tiga kali maka dengan wajah gembira Pangeran Cakraningrat V meminta Mayor dan Komandan Kompeni untuk datang menghadapnya. Setelah datang Pangeran Cakraningrat V memerintahkan keduanya untuk mengumpulkan lasykarnya kembali guna mengadakan serangan balasan pada Pak Lesap.

Setelah semua siap maka berangkatlah mereka kemedan perang dan mereka mendapat dukungan pula dari penduduk Bangkalan yang tadinya menyerah kepada Pak Lesap. Dengan suka hati mereka bersatu kembali. Sesudah Pak Lesap mendengar ada rombongan lasykar bersorak-sorak menuju kearahnya hatinya terkesiap. Ia menyangka bukan lasykar Bangkalan tapi disangkanya musuh dari negara lain. Setelah dekat serdadu-serdadu Kompeni lalu menyerangnya dengan senjata bedil dan meriam yang berdentum-dentum sedangkan lasykar lainnya berada dibelakang barisan mereka. (bersambung …..)


Mungkin Menarik