Langsung ke konten utama

Kisah Perlawanan Trunojoyo: Api yang Membakar Mataram

Gambar sekedar ilustrasi tulisan

Kisah tentang pemberontakan Trunojoyo dan akhir perjuangannya

Gelombang Ketidakpuasan

Tahun-tahun setelah Trunojoyo kembali ke Madura menjadi masa yang penuh kegelisahan. Kekuasaan Amangkurat I semakin keras, pajak semakin berat, pejabat makin semena-mena. Di seluruh Jawa Timur, suara rakyat mulai bergemuruh. Petani menjerit karena tanah dirampas. Pedagang marah karena jalur dagang mereka dikacaukan. Para kiai kecewa karena ulama dibungkam dan pengajaran agama diawasi ketat.

Di Madura, situasi tak jauh berbeda. Tekanan politik dan ekonomi memuncak. Banyak rakyat mendekati Trunojoyo secara diam-diam untuk memohon perlindungan. Nama Trunojoyo semakin harum sebagai pemimpin yang memiliki keberanian serta hati bagi rakyat kecil.

Di sisi lain, kekalahan Kerajaan Gowa dari VOC membuat banyak prajurit Makassar melarikan diri ke berbagai daerah. Sebagian dari mereka bergabung dengan Trunojoyo. Mereka melihat sosok muda yang bukan hanya berani, tetapi juga mampu menjadi pemimpin militer.

Campuran antara kekecewaan rakyat, ambisi bangsawan, dan kehadiran pasukan tangguh dari berbagai daerah menciptakan satu kekuatan baru: sebuah gerakan besar yang siap meledak.

Api Pertama Menyala

Sekitar 1674, Trunojoyo mengumpulkan pendukungnya secara terbuka. Di tanah Madura, pada sebuah pertemuan besar yang dihadiri para tokoh lokal, ia menyatakan tekad untuk mengangkat senjata melawan kezaliman Mataram. Itu bukan deklarasi biasa. Itu adalah momen ketika sejarah mulai bergerak ke arah yang tak bisa dihentikan.

Banyak catatan lisan mengatakan bahwa para hadirin saat itu menangis—bukan karena takut, tetapi karena merasa ada pemimpin yang benar-benar peduli pada nasib mereka. Dukungan datang seperti gelombang: nelayan, petani, santri, pedagang, bahkan prajurit Mataram yang kecewa diam-diam membelot.

Trunojoyo kemudian memindahkan basis kekuatannya ke Jawa Timur. Ia membangun benteng-benteng baru, mengatur logistik, dan menyusun strategi. Kerjasamanya dengan pasukan Makassar membuat gerakannya semakin kuat. Mereka terlatih, gesit, dan memiliki reputasi menakutkan.

Mataram awalnya menertawakan pergerakan ini, tetapi mereka segera sadar bahwa api kecil bisa menjadi badai besar.

Menaklukkan Jawa Timur

Pasukan Trunojoyo bergerak cepat. Dalam waktu singkat, ia menguasai wilayah-wilayah penting di Jawa Timur:
Lamongan, Tuban, Kediri, dan Gresik. Rakyat menyambutnya seperti penyelamat. Mereka melihat perubahan nyata: pajak yang mencekik dihentikan, pejabat korup disingkirkan, dan ketertiban kota dijaga.

Puncak fase ini adalah ketika Trunojoyo berhasil merebut Surabaya, kota pelabuhan terbesar dan paling strategis di Jawa Timur. Surabaya jatuh dalam hitungan hari. Prajurit Mataram kalah telak. Pelabuhan itu kemudian menjadi markas utama pasukan Trunojoyo.

Kabar ini membuat geger seluruh Jawa. Amangkurat I menggertakkan gigi marah. Para bangsawan Mataram ketakutan. Sementara rakyat biasa bersorak gembira.

Karena inilah, Trunojoyo bukan hanya pemberontak.
Ia adalah simbol harapan.

Raja Mataram Terguncang

Amangkurat I, yang selama ini memerintah dengan keras, mendapati tahtanya goyah. Ia menyadari bahwa kekuatannya tidak cukup menghadapi Trunojoyo. Maka ia melakukan hal yang tak pernah dilakukan para raja Mataram sebelumnya:
meminta bantuan VOC.

VOC melihat peluang emas. Mereka tahu Trunojoyo menguasai jalur ekonomi pesisir, yang mengancam kepentingan dagang mereka. Maka persetujuan tercapai: VOC membantu Mataram dalam perang, sebagai gantinya Mataram harus membayar biaya sangat besar dan memberikan hak-hak dagang tambahan.

Sejak saat itu, pemberontakan Trunojoyo tidak hanya menghadapi kerajaan Jawa, tetapi juga kekuatan kolonial terbesar pada masa itu.

Pertempuran yang Menghancurkan

VOC mengirim pasukan bersenjata lengkap dengan meriam, senapan modern, dan kapal perang. Dalam banyak pertempuran awal, pasukan Trunojoyo masih mampu mengimbangi. Strategi gerilya yang ia terapkan, ditambah medan Jawa Timur yang ia kuasai, membuat VOC tidak mudah menang.

Namun perlahan-lahan, keunggulan teknologi dan logistik VOC membuat keadaan berbalik. Satu per satu benteng Trunojoyo mulai jatuh.

Pertahanan di Kediri, yang merupakan salah satu pusat kekuatan Trunojoyo, dihancurkan oleh pasukan gabungan VOC-Mataram. Banyak prajuritnya gugur. Sebagian tertawan. Sebagian lagi melarikan diri ke pedalaman.

Trunojoyo tetap bertahan. Ia tidak pernah menyerah. Bahkan ketika kekuatannya semakin kecil, ia terus bergerak dari satu hutan ke hutan lain, membangkitkan semangat prajuritnya.

Penangkapan Sang Pemberontak

Akhirnya pada 1679, pasukan VOC di bawah pimpinan Kapten De Saint-Martin berhasil menemukan persembunyiannya. Trunojoyo ditangkap setelah perlawanan sengit. Ia dibawa ke hadapan Amangkurat II—putra dari Amangkurat I yang baru naik tahta setelah ayahnya meninggal.

Namun eksekusi tidak dilakukan oleh VOC.
Eksekusi dilakukan langsung oleh Mataram.

Trunojoyo dibawa ke keraton Plered. Di hadapan raja baru, ia tetap berdiri dengan gagah. Tidak satu pun catatan yang menyebut ia memohon belas kasihan.

Amangkurat II kemudian memerintahkan agar Trunojoyo dibunuh di tempat. Menurut beberapa sumber, eksekusi dilakukan oleh raja sendiri—sebagai simbol bahwa Mataram berhasil mengalahkan musuhnya.

Warisan Abadi Trunojoyo

Kematian Trunojoyo bukan akhir kisahnya.
Justru awal dari legenda.

Di Madura, nama Trunojoyo tidak pernah disebut sebagai pemberontak, melainkan sebagai pahlawan yang berani mempertahankan martabat bangsanya. Ia dikenang sebagai simbol keberanian, perlawanan, dan harga diri Madura.

Di Jawa Timur, ia menjadi bagian penting dari sejarah perlawanan terhadap penindasan. Di banyak tempat, kisahnya diceritakan turun-temurun sebagai inspirasi.

Yang paling abadi adalah pesan hidupnya:
Bahwa kekuasaan tanpa keadilan akan runtuh oleh perlawanan rakyat kecil.

Trunojoyo telah tiada, tetapi api perjuangannya tidak pernah padam.
Ia menjadi bagian dari napas sejarah Nusantara—api yang membakar kezaliman, meski tubuhnya telah lama terbaring.

Tulisan sebelumnya: Kisah Perjalanan Trunojoyo: Benih Api dari Arosbaya

(Dirangkim dari beberapa sumber)

© 2020 Babad Madura

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.