Ilustrasi Kemudian dilain tempat yaitu di negara Majapahit puteri Raja Majapahit yang bernama Dewi Maskumambang selalu menangis menyesa...

17. Kudapanole Pamit Pulang Ke Sumenep

Ilustrasi
Kemudian dilain tempat yaitu di negara Majapahit puteri Raja Majapahit yang bernama Dewi Maskumambang selalu menangis menyesali diri. Di keputerian ia sering tersinggung dan menjadi pemberang. Kalau merasa ada yang tak cocok maka ia bertindak semaunya sampai bajunya-pun dia robek tanpa sisa. Setelah terdengar Raja dan Permaisuri tentang halnya maka beliau lalu mendatangi keputerian sambil membujuk Dewi Maskumambang. Permaisuri : Anakku, janganlah kamu selalu menangis. Aku telah mendengar segala tindakanmu selama ini. Jangan putus asa anakku karena masih banyak laki-laki lain dan putera-putera Raja yang tampan. Mereka tentu ada yang melebihi Kudapanole. Pilihlah kalau engkau mau karena mereka akan menjadi calon suamimu yang patut. Maskumambang : Betul ucapan ibu, tetapi sejak detik ini nanda berjanji bahwa nanda tidak akan bersuami selamanya. Kepada ayah juga nanda mohon agar diperkenankan nanda minta diangkat sebagai Ratu yang diberi kekuasaan di Japan, karena nanda ingin memerintah para Raja dibagian timur dan utara. Raja Majapahit : Untuk membuat pikiranmu tenang maka aku akan mengabulkan permintaanmu.


Setelah itu lalu Raja menyuruh seseorang memanggil Patih Gajahmada. Setelah Gajahmada datang Raja mengatakan : Sekarang aku telah mengangkat anakku Dewi Maskumambang untuk memangku kedudukan sebagai Ratu. Daerah kekuasaan yang aku berikan adalah Japan. Kekuasaan yang aku berikan adalah bahwa dia mempunyai tanggungjawab untuk menjalankan perintahku dan didalam kuasanya dia berhak membawahi para Raja diwilayah kekuasaan Majapahit yang ada di bagian utara dan timur.

Sekarang selain engkau telah menyaksikan akan perkataanku maka engkau sebarkan perintah ini kepada Raja-Raja dimaksud supaya mereka maklum. Selain itu aku tugaskan kamu untuk mengantar puteriku Dewi Maskumambang ke Japan. Selanjutnya berangkatlah Dewi Maskumambang dan Gajahmada serta beberapa prajurit menuju Japan. Di Japan sejak pemerintahannya konon aman tenteram serta kemakmuran rakyatnya terjamin. Dalam pada itu Ratu Japan sangat bahagia hatinya.

Aria Kudapnole di Sumenep selanjutnya diceriterakan bahwa sudah tiga hari tiga malam ada diistana bersama isterinya Dewi Ratnadi. Pada hari ketiga selanjutnya ia berpamitan kepada ibu maupun isterinya untuk mencari ayahnya yaitu Adipoday di gunung Geger (Bangkalan). Setelah diijinkan Kudapanole berangkat sendirian. Sesampainya di gunung Geger dia melihat cahaya terang dari kejauhan dan ia mendekatinya. Setelah dekat maka dilihatnya seorang laki-laki tampan duduk dibawah pohon beringin. Laki-laki itu kelihatannya sudah lama sekali berada ditempat itu karena hampir seluruh tubuhnya terlilit akar beringin itu.

Pada saat itu sang pertapa melambaikan tangan kepada Kudapanole sebagai isyarat supaya ia lebih mendekat padanya. Tempat itu sangat angker sehingga tak seorang-pun berani lewat atau mendekatinya. Bahkan konon kalau ada seekor burung yang lewat diatas pohon beringin itu tentu ia akan jatuh. Setelah Kudapanole dekat dengan sang pertapa ia berhatur sungkem. Pertapa bertanya : Hai anak muda darimana asalmu, apa perlumu datang kemari serta siapa namamu ? Aria Kudapanole lalu berceritera dari awal sampai akhir serta menuturkan keperluannya yang sangat dia rindukan untuk bertemu dengan ayahnya yang bernama Adipoday.

Pertapa : Anak muda, ayahmu itu jangan kau cari karena engkau takkan menemukannya. Lebih baik pulang sajalah kamu ke Sumenep. Kudapanole : Kalau kami sudah menginginkan sesuatu maksud maka tak dapatlah kami undurkan dari halnya. Untuk mencari ayah adalah tekad itu dan harus kami cari ia kemanapun sampai kami bisa mendapatkannya. Pertapa : Meski engkau akan mencari sekeliling dunia sampai kebawah bumi sekalipun engkau takkan dapat menemukannya. Sudah pulang sajalah engkau anak muda. Aku yakin bahwa jika nanti ada sesuatu yang sangat kamu perlukan tentu ia akan membantumu sehingga kamu benar-benar keluar dari permasalahan yang kamu hadapi.

Kudapanole : Meski apapun yang terjadi kami akan melakukan apa saja demi terpenuhinya hasrat hati ini. Akhirnya sang pertapa yang sebenarnya tak lain adalah Adipoday itu tak tega melihat dan mendengar tekad yang membaja dari anaknya. Maka ia akhirnya mengaku juga katanya : Sebenarnya yang engkau cari itu adalah aku ayahmu yang bernama Adipoday. Dalam kesempatan itu Adipoday memberi berbagai nasihat terutama tentang tatakrama disamping berbagai ilmu gaib maupun kebendaan yang nyata. Setelah semua ilmu dan nasihat diberikan kepada Kudapanole dan sudah dirasakan terserap semuanya maka Adipoday yakin bahwa anaknya sudah siap kembali ke Sumenep.

Adipoday selanjutnya memanggil kuda kesayangannya yang diberinama si Megaremmeng. Sekejap kuda itu datang dengan sendirinya. Kuda itu berbulu hitam lengkap dengan pakaiannya yang indah. Adipoday berkata pada kuda itu sambil mengelus-elusnya katanya : Engkau sekarang aku perintahkan untuk menjadi tunggangan anakku si Kudapanole ini. Kuda tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda ia mengerti akan kata tuannya.

Selain kuda Adipoday juga menyerahkan sebuah cemeti kepada Kudapanole sambil berkata. Adipoday : Kuda ini sangat tangkas jika dibawa berperang. Sedangkan cemeti ini kalau kamu pukulkan pada gunung maka gunung itu akan hancur. Kalau kamu pukulkan cemeti ini kelaut maka laut itu akan kering. Kalau kamu kibaskan cemeti ini ke udara maka anginpun akan berhenti (berhembus) dan kalau kamu pukulkan pada musuh maka mereka akan mati dan tak satupun dapat hidup.

Kudapanole segera menerima pemberian ayahnya itu lalu ia berpamitan untuk pulang ke Sumenep. Setelah Adipoday mengijinkannya pulang maka bersamaan dengan itu Adipoday musnah. Kudapanole terkejut dan terheran-heran. Selanjutnya ia turun dari kudanya dan berkata kepada si Megaremmeng katanya : Hai Megaremmeng, sekarang pulanglah kembali kamu ketempatmu. Kalau pada suatu waktu aku memerlukanmu maka aku akan memanggilmu kembali. Si Megaremmeng lalu musnah pula. Aria Kudapanole lalu pulang ke Sumenep. Disana ia berceritera kepada ibu dan isterinya dari ihwal berangkat sampai tibanya kembali di keraton. Ketiganya merasa sangat bangga dan bahagia.

Esok harinya Puteri Kuning memanggil Patih Jayasengnga dan disuruhnya membawa surat ke Majapahit untuk menyusul Raja Sumenep atau ayah Puteri Kuning yaitu Pangeran Saccadiningrat. Jayasengnga segera berangkat ke Majapahit dan kebetulan disana sang Raja Majapahit sedang dihadap para Raja dan Menterinya dalam suatu pertemuan di pendapa. Di pendapa tersebut Raja sedang bertanya kepada Patih Gajahmada tentang halnya Kudapanole. Raja Majapahit : Mada bagaimana tentang Kudapanole ? Gajahmada : Hamba sudah melaksanakannya.

Setelah hamba cegat ditengah perjalanan lalu dia menantang perang. Hamba melayaninya. Namun tak berapa lama kemudian datanglah Raja Gresik dan menyerang kami. Si Kudapanole lari terbirit-birit. Jadi pada saat itu yang hamba layani berperang adalah Raja Gresik. Lama kelamaan hamba merasa bahwa peperangan itu tidak ada gunanya maka hamba dan seluruh prajurit hamba yang masih tersisa mundur perang dan kembali lagi kemari. 

Raja : Aku sudah bilang sebelum kamu melangkah. Tetapi kamu tidak memperdulikannya. Perhitunganmu ternyata meleset lagi Patih. Banyak prajurit Majapahit yang mati sia-sia tetapi harapan itu ternyata tidak berhasil. Kamu memang Patih-ku tetapi janjimu padaku selalu tak terlaksana selama Kudapanole ada disini.

Disaat Raja sedang marah seperti itu Jayasengnga sampai di pendapa dan langsung menyampaikan surat yang dipegangnya kepada Raja Majapahit. Raja langsung membuka dan membacanya. Paparan surat dan alamatnya ternyata ditujukan kepada Pangeran Saccadiningrat yang isinya menceriterakan tentang tibanya Kudapanole bersama isterinya Dewi Ratnadi si puteri Majapahit di Sumenep.

Dalam surat itu diberitakan pula kesehatan Dewi Ratnadi yang sekarang sudah menjadi seorang puteri yang cantik tiada tara. Raja Majapahit tertegun dan bangga hatinya mendengar kabar itu. Selanjutnya surat itu ia berikan kepada Pangeran Saccadiningrat namun ia tidak mengerti karena memang tidak kenal kepada orang yang bernama Kudapanole itu. Raja Majapahit juga mengabarkan hal itu kepada permaisurinya yang berseri gembira mendengar kabar tersebut.

Raja Majapahit lalu berkata kepada Pangeran Saccadiningrat. Raja : Aku sangat bangga dan gembira setelah aku tahu bahwa puteriku Dewi Ratnadi mendapatkan jodoh Kudapanole yang cucumu itu. Saccadiningrat : Hamba tidak ingat kalau hamba mempunyai cucu bernama Kudapanole. Patih Jayasengnga akhirnya berbisik kepada Pangeran Saccadiningrat katanya : Betul paduka orang tersebut adalah cucu paduka. Putera Raden Ayu Puteri Kuning yang dulu didapatnya dari mimpi. Selanjutnya Jayasengnga menjelaskan ihwalnya.

Mungkin Menarik