Setelah selesai membasuh kaki Dewi Ratnadi dan Kudapanole meneruskan lagi perjalanannya kearah timur. Sesampainya disuatu tempat Dewi R...

16. Kudapanole Pulang ke Sumenep Menemui Putri Kuning


Setelah selesai membasuh kaki Dewi Ratnadi dan Kudapanole meneruskan lagi perjalanannya kearah timur. Sesampainya disuatu tempat Dewi Ratnadi ingin buang air kecil. Karena disana tidak ada air maka Kudapanole menancapkan lagi tongkat gading tadi. Dan dari bekas tancapan tongkat itu keluar lagi sebuah mata air. Disitulah kemudian Dewi Ratnadi membersihkan diri. Desa tersebut selanjutnya dinamai desa Banyobanger (air yang berbau, mad.). Desa tersebut ada disebelah timur Kota Sampang dan disana terdapat sebuah sumber yang airnya berbau.

Perjalanan mereka selanjutnya menuju kearah timur laut. Sesampainya ditengah hutan Dewi Ratnadi ingin bersuci diri karena saat itu Dewi Ratnadi sudah selesai datang bulan. Karena disana air juga sulit maka Kudapanole menancapkan lagi tongkat gading pemberian kakek tua itu sehingga memancarlah sebuah mata air dari tanah bekas tancapan tongkat tersebut. Airnya bening mengalir. Disana Dewi Ratnadi mandi sambil ditunggui suaminya dari kejauhan. Agak lama juga Kudapanole menunggu isterinya mandi tapi sang isteri belum juga selesai. Akhirnya Kudapanole memutuskan untuk mendatangi tempat isterinya dan betapa heran setelah dia melihat Dewi Ratnadi menangis ditepi sumber mata air itu.

Kudapanole segera bertanya mengapa sebabnya ia menangis. Sambil tersipu Dewi Ratnadi menjawab bahwa “amben-nya” terbawa air. Kudapanole segera mengangkat kedua tangannya untuk meminta kepada Yang Kuasa agar benda tersebut tidak terbawa arus air terlalu jauh. Seketika diterimalah permohonan Kudapanole dan air tersebut tak sampai mengalir jauh. Meski sumbernya besar dan airnya jernih tetapi air sumber itu tak sampai mengalir kelain desa. Oleh karenanya sumber air tadi dinamai Sumber Omben (Amben,Jaw.). Sampai sekarang sumber ini masih ada dan letaknya ada disebelah timur laut Kota Sampang.

Ario Kudapanole selanjutnya meneruskan perjalanannya kearah timur. Ditengah perjalanan lagi-lagi Dewi Ratnadi merasa haus karena kepanasan. Di tempat itu Kudapanole menancapkan tongkat gading itu lagi dan keluarlah sumber mata air yang bening. Disana Dewi Ratnadi mandi. Selanjutnya tempat itu dinamai desa Sendang (puas/lega,ind.) terus sampai sekarang. Di desa ini beberapa waktu kemudian ada pesantrennya. Letaknya termasuk Kecamatan Pragaan Kawedanan Barat Daya (Guluk-Guluk).

Selanjutnya diceriterakan bahwa Raja di Sumenep yang bernama Pangeran Saccadiningrat sedang menghadap ke negara Majapahit. Pada suatu malam puterinya yaitu Raden Ayu Puteri Kuning konon bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat dua kuntum bunga jatuh diharibaannya lalu diambil dan diciumnya. Bunga itu sangat harum baunya.

Setelah ia terbangun dipanggilnya sang emban dan berkata : Emban, aku semalam bermimpi kejatuhan dua kuntum bunga di haribaanku. Aku menciumnya dan sangat harum baunya. Selanjutnya aku selipkan dipergelangan tanganku. Apakah artinya itu Emban ? Emban : Oh, sungguh itu suatu keberuntungan tuan puteri. Tak sembarang orang bermimpi seperti itu. Hamba tidak akan menerangkan tentang mimpi itu. Namun jangan khawatir tunggulah saja sesuatu yang akan tiba dibelakang hari. Puteri Kuning tersenyum meski masih belum tahu apa yang bakal terjadi sebagaimana tutur embannya tadi.

Ario Kudapanole yang menempuh perjalanan jauh dengan isterinya sekarang sudah sampai diperbatasan kota Kerajaan Sumenep. Ia berkeinginan untuk langsung menghadap Raja tetapi dimana letak kerajaan Sumenep ia tidak tahu. Oleh karena itu ia langsung mencari pasar dimana tempat itu biasanya terdapat banyak orang. Setelah orang yang ada dipasar melihat orang yang cantik dan tampan bak pinang dibelah dua itu memasuki pasar mereka langsung mengerubutinya. Kudapanole bertanya pada salah seorang diantara mereka yang kebetulan adalah salah seorang punggawa Keraton Sumenep.

Kudapanole : Dimana rumah anda ? Punggawa : Saya adalah salah seorang dari punggawa keraton disini. Kudapanole : Bagaimana caranya kalau saya ingin menghadap Raja dan arah manakah yang harus saya tempuh kalau saya kesana ? Punggawa : Sekarang Raja tidak ada . Beliau sedang ke Majapahit dan belum datang. Jadi pada waktu-waktu seperti ini tak boleh seorangpun berkunjung kekeraton. Apalagi di keraton ada seorang puterinya yang dijaga ketat oleh prajurit. Kudapanole : Siapa gerangan puteri tersebut ? Punggawa : Raden Ayu Puteri Kuning.

Setelah itu Kudapanole dan isterinya menguntit kepergian punggawa keraton tadi dari kejauhan. Dalam pikirannya Kodapanole berkata : Meskipun tidak ada Raja kalau aku masuk keraton kan tak mungkin lalu dihukum. Setelah menguntit si punggawa keraton sekarang sampailah mereka di pintu masuk keraton. Keduanya langsung dicegat oleh penjaga pintu dan tak diperbolehkan masuk.

Tapi karena keinginan keras Kudapanole akhirnya sang penjaga pintu menghubungi Nyi Emban dan menyampaikan tentang kehadiran suami isteri yang sangat memaksa masuk keraton untuk menjumpai Raden Ayu Puteri Kuning. Dengan segera Emban menghadap Puteri Kuning dan menyampaikan semua laporan penjaga pintu. Puteri Kuning selanjutnya memperkenankan keduanya masuk. Disana di pendapa Keraton mereka dijamu oleh Puteri Kuning.

Puteri Kuning : Darimana kalian dan apa keperluan kalian padaku ? Kudapanole : Seribu sabda paduka Puteri hamba adalah orang jalanan yang tak punya ayah dan ibu. Jadi hamba datang kemari sebetulnya tidak ada kepentingan apa-apa dan hamba tidak punya nama. Hamba hanya sangat ingin melihat-lihat kota dan masuk karaton ini. Ingin pula rasanya kami melihat lebih dekat wajah tuan Puteri untuk sekedar tahu saja. Puteri Kuning : Semua perkataanmu itu adalah hal yang tidak mungkin dan bohong. Seujung rambut-pun aku tak percaya. Janganlah kalian berbohong apalagi setelah aku melihat tingkah maupun wajahmu tak mungkin bahwa kamu orang yang tak pernah tahu tentang kota termasuk keraton. Kalau kalian masih tetap berbohong maka akan kupanggil penjaga untuk menangkap kalian. Akan kuperintahkan mereka untuk menjebloskan kalian kedalam penjara dan kuganjar kamu dengan hukuman seumur hidup.

Dengan ancaman itu Kudapanole selanjutnya menuturkan apa adanya dari awal sampai akhir. Ia ceriterakan semuanya. Setelah Kudapanole selesai menuturkan semuanya Puteri Kuning bangkit dari kursinya dan memeluk Kudapanole. Dia menangis haru karena diketahui bahwa Kudapanole adalah anak yang dibuangnya dulu. Diciumnya puas-puas dan selanjutnya ia lupa diri dan pingsan.

Dalam pingsannya Puteri Kuning didatangi lagi oleh Adipoday. Dalam waktu yang hanya sekejap itu ia hanya menyuruh memberitahu Jakatole bahwa dirinya sekarang ada di Gunung Geger. Setelah Puteri Kuning sadar maka diisyaratkannya supaya Kudapanole mendekat kepadanya. Puteri Kuning : Sekarang dimanakah adikmu si Banyak Wedi ? Kudapanole :  Adik Banyak Wedi sekarang telah memangku jabatan Raja di Gresik dan dia tidak ikut dengan nanda hanya menghaturkan sembah-sungkem pada ibu.

Emban : Betapa gembiranya paduka Raja dan Permaisuri kalau beliau sudah datang dari negara Majapahit nanti. Beliau akan bertemu cucu dan isterinya yang tampan dan cantik ini. Puteri Kuning : Tapi akulah yang merasa khawatir Emban takut nanti baginda membenci dan menyuruhnya untuk dibunuh. Aku takut dia marah tak terkendali. Emban : Sudahlah jangan khawatir tuan Puteri hamba yakin itu tak mungkin. Ingatkan mimpi tuan Puteri yang dituturkan kepada hamba beberapa hari yang lalu ? Bukankah ini suatu kebahagiaan yang tak terhingga ? Apalagi hamba yakin bahwa tak ada macan galak yang memakan cucunya.



Mungkin Menarik