Dengan ceritera patihnya itu Saccadiningrat ingat dan cepat ia mohon pamit kepada Raja Majapahit katanya : Jika menjadi perkenan hamba ...

18. Saccadiningrat dan Pengiringnya Menuju ke Sumenep


Dengan ceritera patihnya itu Saccadiningrat ingat dan cepat ia mohon pamit kepada Raja Majapahit katanya : Jika menjadi perkenan hamba ingin segera pulang ke Sumenep untuk segera bertemu cucu hamba dan isterinya. Raja : Aku ijinkan engkau pulang dan sekalian aku akan mengirim baju untuk puteriku Ratnadi sebab dulu waktu mereka meninggalkan Majapahit tak satupun pakaiannya ia bawa kecuali hanya yang mereka pakai.

Saccadiningrat segera menerima kiriman itu dan terus pulang ke Sumenep. Patih Gajahmada melihat pemberian Raja yang banyak itu iri hatinya. Wajahnya cemberut pikirnya : Aku sudah mengabdi kepada Raja sejak dahulu disamping sudah menjadi menantunya lebih dulu dari Kudapanole. Tapi tak pernah rasanya aku diberi pakaian sebanyak itu. Kudapanole yang sialan itu sungguh ampuh manteranya. Perhatian Raja dicurinya.

Sekarang Saccadiningrat dan pengiringnya dalam perjalanan ke Sumenep. Sesampainya di pelabuhan Gresik dia menyeberang naik perahu. Sedangkan Sumenep sudah dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya. Anak, cucu dan isteri dari cucunya siap menjemputnya. Sesampainya di Sumenep dan setelah melihat cucu yang selama ini tak diketahuinya ia sangat haru. Kudapanole dipeluk dan dicium sebagai tanda bangga dan harunya. Setelah beristirahat Kudapanole dan Kakeknya sering kelihatan di pendapa saling bertutur kata dan berceritera tentang pengalamannya masing-masing.

Setelah beberapa tahun kemudian Kudapanoleh berputera dua orang. Yang sulung laki-laki diberi nama Aria Wigananda sedangkan yang bungsu seorang perempuan. Ringkas ceritera Pangeran Saccadiningrat sekarang sudah tua dan dia lebih suka mengasingkan diri untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Kerajaan Sumenep kemudian diserahkan kepada Aria Kudapanole. Setelah diangkat sebagai pemangku kerajaan di Sumenep Kudapanole lalu bergelar Pangeran Saccadiningrat II tetapi rakyat Sumenep lebih suka menyebutnya sebagai Aria Kudapanole.

Sejak saat pemerintahannya negara Sumenep konon tenteram dan rakyat kecil tak kekurangan apapun disamping tumbuh-tumbuhan subur menghijau. Pada suatu hari Aria Kudapanole menulis surat kepada adiknya Banyak Wedi Raja Gresik. Ia memberi kabar padanya bahwa dirinya sekarang sudah menjadi Raja di Sumenep serta mengharap kedatangannya karena ibunya ingin tahu. Setelah menerima surat dari kakaknya Agus Wedi bersama isteri dan kedua anaknya langsung berangkat ke Sumenep. Pada saat itu Raja Gresik sudah berputera tiga orang yaitu seorang laki-laki bernama Ario Banyak Modang, sedang yang kedua bernama Ario Susuli dan satunya lagi perempuan. Pada saat dia ke Sumenep Ario Susuli tidak dibawa.

Setelah mereka tiba di Sumenep Puteri Kuning memeluk dan menciuminya penuh haru. Kerinduan dan kebanggaan berbaur satu dalam dada Puteri Kuning sehingga ia lupa terhadap orang yang ada di sekelilingnya. Para Emban dan beberapa Menteri Gresik yang ikut mengantar dari negara Gresik merasa sangat heran karena mereka tidak mengetahui bahwa Puteri Kuning yang masih kelihatan muda dan cantik itu adalah ibu dari Raja-nya. Dalam menyambut kegembiraan itu Raja Sumenep menyelenggarakan berbagai keramaian sampai empat puluh satu hari dan malam lamanya.

Para Menteri serta Emban dari Gresik diberi tempat pemondokan masing-masing. Setelah keluarga besar keraton puas melepas kerinduannya maka setelah penyelenggaraan keramaian usai Raja Gresik mohon pamit untuk pulang ke negaranya.

Kakek dan ibunya mengijinkan Agus Wedi untuk kembali tetapi dua orang puteranya dimintanya untuk tetap tinggal di Sumenep dan akan diasuh oleh Puteri Kuning. Raja Gresik berkenan dan tak keberatan atas hal itu maka dan selanjutnya Agus Wedi beserta para pengiringnya pulang ke Gresik. Putera Raja Gresik yaitu Ario Banyak Modang kemudian dicalonkan sebagai menantu Patih Sumenep yakni Patih Jayasengnga sedangkan yang perempuan dicalonkan sebagai isteri Ario Wigananda (putera sulung Kudapanole).

Diceriterakan pula bahwa disuatu negara Kelleng ada seorang Raja pemberani tiada tanding bernama Raja Bermana. Raja tersebut mempunyai seorang putera tunggal bernama Dempoawang. Setelah Dempoawang dewasa ia ditawari ayahnya untuk kawin tetapi ditolaknya. Dempoawang : Nanda bukannya tak mau akan tawaran ayah. Hanya saja kalau ayah mengijinkan nanda minta perkenan untuk mengambil keperawanan setiap gadis tanpa ditiduri. Ayahandanya tercengang mendengar permintaan putera tunggal yang disayanginya itu karena dirasanya janggal dan tak biasa. Tetapi dasar Dempoawang anak terkasihnya maka apapun yang diminta dipenuhinya juga.

Dempoawang sangat bahagia dan bangga sekali atas perkenan ayahnya itu. Selanjutnya ia minta disediakan sebuah perahu yang bagus bentuknya dan keistimewaan lainnya perahu itu dapat terbang melintas daratan. Para jurumudi serta awak kapal dipilihnya para prajurit yang tangkas dan pemberani disamping perlengkapan perangnya ampuh dan kuat. Setelah semua peralatan terpenuhi Dempoawang mohon pamit kepada ayahnya untuk menjelajahi negara Cina. Sesampainya disana ia bersama perahunya turun di alun-alun kerajaan itu. Raja Cina sangat terkejut mengetahui hal itu dan selanjutnya ia segera menjemput tamu yang datang secara misterius itu. Setelah keduanya sampai diruang keraton Raja Cina bertanya kepada Dempoawang atas maksud kedatangannya.

Raja Cina : Siapakah anda darimana dan apa kepentingannya datang ke kerajaan kami ? Dempoawang : Aku bernama Dempoawang anak dari Raja seberang yang bernama Raja Bermana. Aku datang kemari atas ijin ayahku dengan maksud untuk mengambil keperawanan seluruh gadis Cina tanpa diajak tidur. Raja Cina sangat marah mendengar ucapan Dempoawang. Kadua orang itu lalu saling bentak dan berujung dengan keributan dan peperangan yang dahsyat. Bala tentara Cina banyak yang tewas dan dalam perang itu pepohonan-pun banyak yang tumbang dihantam perahu Dempoawang.

Singkat ceritera Dempoawang sekarang menang perang sedangkan seluruh perawan Cina konon dihabisi kegadisannya oleh si Dempoawang. Setelah puas dilanjutkan perjalanannya menjajah kerajaan lainnya. Taklama kemudian sampailah ia dikerajaan pulau Jawa. Dia-pun melakukan niatnya dan konon para Raja di Jawa banyak yang takluk padanya sedang para perawan banyak pula yang mereka serahkan kepada Dempoawang. Dikala Dempoawang sampai di Kerajaan Majapahit ia mengutus juragan perahunya untuk mengantarkan sepucuk surat ke Kerajaan Sumenep. Menerima surat tersebut Kudapanole sangat geram hatinya.

Mungkin Menarik